Bagaimana Perjalanan Luar Angkasa Mempengaruhi Tubuh Manusia?

Agung Pratnyawan Suara.Com
Senin, 30 Desember 2024 | 16:00 WIB
Bagaimana Perjalanan Luar Angkasa Mempengaruhi Tubuh Manusia?
Ilustrasi pakaian astronot. [Shutterstock]

Suara.com - Apakah perjalanan luar angkasa bisa mempengaruhi tubuh manusia? Bagaimana dengan kondisi tubuh para astronot yang sudah melanjani perjalanan luar angkasa selama ini?

Tubuh manusia telah berevolusi selama ribuan tahun untuk beradaptasi dengan kehidupan di Bumi. Mulai dari kemampuan menahan tarikan gravitasi, memanfaatkan gas di atmosfer untuk respirasi, hingga mencerna makanan yang tersedia di planet ini.

Namun, seiring perkembangan peradaban, manusia telah melangkah lebih jauh, melakukan perjalanan ke luar angkasa untuk menjelajahi planet dan bintang lain.

Sayangnya, perjalanan luar angkasa membawa tantangan besar bagi tubuh manusia. Kondisi yang tidak biasa di luar angkasa memengaruhi tubuh secara signifikan, menghadirkan risiko yang tidak pernah dihadapi sebelumnya.

Meski sering kali digambarkan sebagai petualangan heroik dalam film, sisi gelap dari perjalanan luar angkasa jarang dibahas. Apa saja risiko yang dihadapi tubuh manusia di luar angkasa, dan bagaimana hal itu mengubah kondisi fisik setelah kembali ke Bumi?

Bahaya Perjalanan Luar Angkasa

Ilustrasi luar angkasa. (Pixabay/Free-Photos)
Ilustrasi luar angkasa. (Pixabay/Free-Photos)

1. Paparan Radiasi

Di luar angkasa, tubuh manusia terpapar radiasi dengan energi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan radiasi di Bumi, seperti sinar-X atau sinar gamma.

Di Bumi, atmosfer dan medan magnet melindungi kita dari radiasi ini. Namun, dalam perjalanan luar angkasa, perlindungan tersebut tidak ada.

Baca Juga: Objek Buatan Manusia Tercepat Pecahkan Rekor Perjalanan di Luar Angkasa, Jelajahi 'Wilayah Tak Terpetakan'

Radiasi pengion di luar angkasa dapat merusak DNA, makromolekul sel, dan bahkan molekul air di tubuh, memicu stres oksidatif. Kerusakan ini sering kali tidak dapat diperbaiki, meningkatkan risiko gangguan kesehatan serius seperti kanker dan kerusakan organ.

2. Gravitasi Mikro dan Hipergravitasi

Tubuh manusia terbiasa dengan gravitasi Bumi (1g). Dalam perjalanan luar angkasa, tubuh menghadapi gravitasi mikro (nyaris nol) di pesawat ruang angkasa dan hipergravitasi (>1g) saat kembali ke atmosfer.

Perubahan gravitasi ini berdampak buruk pada berbagai sistem tubuh, termasuk:

  • Otot dan Tulang: Hilangnya kekuatan otot dan kepadatan tulang akibat tidak adanya tekanan gravitasi.
  • Sistem Kardiovaskular: Penurunan tekanan darah, perubahan kapasitas paru-paru, dan risiko aritmia jantung.
  • Indra Penglihatan dan Keseimbangan: Gangguan yang sering dialami akibat perubahan cairan tubuh ke arah kepala.

Dampak Jangka Panjang Setelah Kembali ke Bumi

Efek perjalanan luar angkasa sering kali bertahan lama setelah astronot kembali ke Bumi. Akibat paparan gravitasi mikro, cairan tubuh berpindah ke kepala, menyebabkan pembengkakan wajah dan tekanan pada mata. Sementara itu, otot dan tulang yang kehilangan fungsi optimal membutuhkan waktu untuk pulih.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI