2. Gravitasi Mikro dan Hipergravitasi
Tubuh manusia terbiasa dengan gravitasi Bumi (1g). Dalam perjalanan luar angkasa, tubuh menghadapi gravitasi mikro (nyaris nol) di pesawat ruang angkasa dan hipergravitasi (>1g) saat kembali ke atmosfer.
Perubahan gravitasi ini berdampak buruk pada berbagai sistem tubuh, termasuk:
- Otot dan Tulang: Hilangnya kekuatan otot dan kepadatan tulang akibat tidak adanya tekanan gravitasi.
- Sistem Kardiovaskular: Penurunan tekanan darah, perubahan kapasitas paru-paru, dan risiko aritmia jantung.
- Indra Penglihatan dan Keseimbangan: Gangguan yang sering dialami akibat perubahan cairan tubuh ke arah kepala.
Dampak Jangka Panjang Setelah Kembali ke Bumi
Efek perjalanan luar angkasa sering kali bertahan lama setelah astronot kembali ke Bumi. Akibat paparan gravitasi mikro, cairan tubuh berpindah ke kepala, menyebabkan pembengkakan wajah dan tekanan pada mata. Sementara itu, otot dan tulang yang kehilangan fungsi optimal membutuhkan waktu untuk pulih.
Studi juga menunjukkan dampak pada sistem reproduksi. Pada tikus yang terpapar radiasi rendah di luar angkasa, ditemukan kerusakan kromosom dan penurunan kualitas gamet.
Pada pria, produksi sperma menurun, sedangkan pada wanita, cadangan ovarium mengalami kerusakan. Hal ini memengaruhi kemampuan reproduksi astronot pasca-penerbangan dan meningkatkan risiko gangguan genetik pada keturunan mereka.
Wawasan dari Penelitian NASA Twins
Salah satu studi paling signifikan adalah penelitian NASA Twins, yang melibatkan saudara kembar monozigot. Salah satu saudara kembar menjalani misi luar angkasa selama 320 hari, sementara yang lain tetap di Bumi. Hasilnya menunjukkan perubahan besar pada tubuh astronot, termasuk:
- Peningkatan Panjang Telomer: Telomer, bagian kromosom yang terkait dengan penuaan, sementara memanjang selama di luar angkasa. Namun, kembali memendek setelah astronot kembali ke Bumi.
- Kerusakan DNA dan Aberasi Kromosom: Paparan radiasi meningkatkan kerusakan genetik.
- Penurunan Fungsi Kognitif: Penurunan ini berlangsung hingga 6 bulan setelah kembali ke Bumi.

Penelitian ini membantu memisahkan efek genetika bawaan dari dampak perjalanan luar angkasa, memberikan wawasan mendalam tentang adaptasi tubuh terhadap lingkungan ekstrem.