Viral #KaburAjaDulu, Riset Ungkap Pekerja IT Indonesia Minat Pindah ke Singapura

Dicky Prastya Suara.Com
Rabu, 19 Maret 2025 | 23:15 WIB
Viral #KaburAjaDulu, Riset Ungkap Pekerja IT Indonesia Minat Pindah ke Singapura
Ilustrasi pekerja. Foto: Warga mencari lowongan pekerjaan di acara Jakarta Job Fair di Mal Thamrin City, Jakarta, Rabu (12/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]

Diperkirakan tingginya minat pekerja IT untuk hijrah ke Singapura diperkuat oleh faktor regulasi. Salah satunya komitmen pemerintah Singapura yang menyiapkan anggaran hingga 150 juta Dolar Singapura melalui New Enterprise Compute Initiative, sebuah program untuk mendukung adopsi AI pada bisnis.

Program ini akan memberikan akses teknologi AI dan tenaga komputasi cloud mutakhir, juga konsultasi ahli yang dapat mengintegrasikan AI di operasional perusahaan sehari-hari. Regulasi ini membuka peluang kerja kepada tenaga IT, khususnya yang mahir dalam hal AI.

Tak hanya itu, Pemerintah Indonesia dan Singapura juga sudah meneken program Tech:X tahun 2023 lalu. Program ini merupakan skema fasilitas visa bekerja selama satu tahun bagi talenta digital masing-masing negara yang diterima bekerja di negara lainnya.

“Fenomena pencari kerja migran sektor formal, khususnya IT, perlu disikapi secara bijak. Masyarakat harus benar-benar menyiapkan diri dengan matang. Pasalnya bursa kerja internasional terbuka bagi siapa saja, yang tentu memperketat persaingan mereka,” papar Timothy.

Viral #KaburAjaDulu

Topik migrasi tenaga kerja ke luar negeri kembali ramai diperbincangkan lewat #KaburAjaDulu, yang mencerminkan peluang sekaligus protes atas terbatasnya lapangan kerja di Indonesia.

Tahun 2024, Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) mencatat ada 296.970 pekerja migran (meningkat sekitar 8,40 persen dari tahun 2023), sekitar 130.000 ribu di antaranya bekerja di Singapura.

Selain itu, migrasi ini juga memicu peningkatan alih kewarganegaraan. Pada tahun 2019-2022, Dirjen Imigrasi Kemenkumham mencatat 3.912 WNI berpindah menjadi warga negara Singapura. Mayoritasnya datang dari usia produktif, yaitu 25 hingga 35 tahun.

“Layaknya dua sisi mata uang, di satu sisi para pekerja migran bisa mendatangkan devisa sambil meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Namun, di sisi lain Indonesia dapat kehilangan banyak talenta lokal berpotensi dan berkualitas,” tutup Timothy.

Survei  tentang “Daya Tarik Karier Internasional bagi Pencari Kerja Indonesia” dilakukan pada 5-6 Maret 2025 melalui platform Poplite. Penelitian ini dilakukan kepada 1.000 orang yang berminat bekerja di luar negeri.

Baca Juga: 16 Tips Penting agar Terhindar dari Jerat TPPO, Calon Pekerja Migran Wajib Tahu

Mayoritas responden adalah milenial dan gen-Z berusia 25-35 tahun, dengan tingkat ekonomi menengah ke atas. Selain itu bila dilihat dari pekerjaan, mayoritas adalah pekerja sektor formal. 

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI