Trojan sangat berbahaya jika disembunyikan di dalam file yang tampaknya tidak berbahaya, seperti cheat atau aplikasi buatan penggemar.
![Ilustrasi serangan virus Trojan. [Shutterstock]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2016/11/09/o_1b145qick1lhmfepmss6bd1c5oa.jpg)
Sementara itu, adware menyumbang lebih dari 6.400 percobaan serangan, yang biasanya muncul sebagai game mencolok atau aplikasi video yang membombardir pengguna dengan iklan yang tidak diinginkan, memperlambat perangkat, dan berpotensi membuka pintu bagi ancaman tambahan.
Sebagai bagian dari analisis, peneliti Kaspersky mengidentifikasi beberapa situs web penipuan dan phishing yang meniru desain dan merek perusahaan yang populer.
Salah satu contoh adalah halaman phishing yang dibuat menyerupai situs web resmi Tokyo Disney Resort.
Penipuan semacam itu sering kali tidak dapat dibedakan dari halaman yang sah pada pandangan pertama, dengan satu-satunya perbedaan adalah URL situs web tersebut.
Situs penipuan menawarkan kepada pengguna kesempatan untuk "membeli" tiket taman hiburan, sama seperti yang asli, dan meminta mereka untuk memasukkan informasi pribadi dan pembayaran.
Namun, alih-alih mendapatkan rekreasi di taman hiburan, para korban justru mengalami pencurian rincian kartu perbankan mereka.
Penemuan lain yang ditemukan oleh peneliti Kaspersky melibatkan penipuan yang mengeksploitasi nama MrBeast, selebritas YouTube yang banyak diikuti oleh anak-anak dan remaja, dan terkenal karena memberikan hadiah mahal seperti gawai, uang, dan bahkan rumah.
Penjahat siber membuat halaman phishing yang menjanjikan "hadiah gratis dari MrBeast," termasuk kartu hadiah digital untuk platform seperti Roblox, Xbox, dan PlayStation.
Baca Juga: Q1 2025, Lebih dari 3 Juta Ancaman Siber Menargetkan Pengguna di Indonesia
Situs tersebut meminta pengguna untuk memilih hadiah mereka dan menyelesaikan tugas yang tampaknya tidak berbahaya untuk mengklaimnya.
Untuk meningkatkan urgensi, penghitung waktu mundur ditampilkan, mendesak pengunjung untuk
"menyelesaikan aktivitas yang disponsori" dalam waktu terbatas untuk membuka kode hadiah
terakhir.
Seluruh proses ini merupakan taktik yang dirancang untuk mengarahkan korban ke halaman
penipuan sebenarnya.
Akhirnya, pengguna diminta membayar sedikit biaya komisi untuk mengklaim "hadiah" mereka.
Namun, setelah mengirimkan pembayaran, korban mungkin tidak mendapatkan hadiah apa pun dan berisiko kehilangan uang.
“Penjahat siber adalah ahli manipulasi emosi dan hampir tidak ada yang lebih emosional daripada konten yang dipercaya dan disukai anak-anak," kata Evgeny Kuskov, Pakar Keamanan di Kaspersky dalam keterangan resminya, Sabtu (17/5/2025).