Suara.com - Google Arts & Culture, bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), meluncurkan platform digital inovatif bertajuk Kanvas Purbakala yang memungkinkan masyarakat dari seluruh dunia menjelajahi kekayaan sejarah Indonesia melalui situs-situs gua prasejarah.
Kolaborasi strategis ini juga melibatkan Griffith University, Kementerian Kebudayaan, serta mitra penting lainnya, termasuk pemerintah daerah dan berbagai institusi akademik dalam negeri.
Proyek lintas-lembaga yang dikembangkan selama 2,5 tahun ini merupakan hasil kerja panjang dan kolaboratif untuk mendokumentasikan serta memperkenalkan lebih dari 500 situs arkeologi yang tersebar di lebih dari 100 gua, dari Sumatra hingga Papua.
Platform Kanvas Purbakala dirancang menghadirkan pengalaman virtual yang mendalam melalui tur imersif 360 derajat pada 24 situs gua utama yang menampilkan seni cadas (rock art) prasejarah.
Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko, menilai inisiatif ini sebagai sebuah terobosan dalam pengelolaan dan pelestarian warisan budaya bangsa.
Ia menegaskan pentingnya digitalisasi dalam menjaga kelangsungan peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia.
“Platform ini menjadi titik awal untuk membuka babak baru dalam tata kelola, konservasi, pelestarian, dan pemanfaatan warisan budaya dan peradaban masyarakat kita,” ujar Handoko dalam pernyataan resminya yang dirilis pada Rabu (4/6/2025).
Sementara itu, perwakilan Google Indonesia bidang Government Relationship and Public Policy, Arianne Santoso, menyoroti pencapaian luar biasa dari proyek ini yang bukan hanya bersifat dokumentatif, tetapi juga memperlihatkan kontribusi signifikan Indonesia dalam sejarah ekspresi manusia.
“Melalui Kanvas Purbakala yang kini tersedia secara global di Google Arts & Culture, Indonesia mempresentasikan koleksi situs gambar cadas digital terbesar di dunia,” tutur Arianne.
Baca Juga: Google News Showcase Diluncurkan, LMC: Media Lokal Kini Punya Peluang Emas
Arianne juga menjelaskan bahwa proyek ini tidak hanya menghadirkan koleksi visual, tetapi juga menyimpan nilai ilmiah luar biasa. Beberapa temuan dalam proyek ini telah mengubah cara pandang para peneliti tentang sejarah awal manusia.
Misalnya, seni naratif tertua di dunia yang ditemukan di gua Leang Karampuang, Maros, serta adegan berburu paling awal yang diketahui umat manusia di Leang Bulu Sipong 4, Pangkep, Sulawesi.
“Penemuan penting lainnya adalah praktik bedah prasejarah berusia sekitar 31 ribu tahun yang ditemukan di Liang Tebo, Kalimantan Timur. Temuan-temuan ini menggugah kembali pemahaman kita tentang kreativitas dan kemampuan manusia sejak zaman prasejarah,” jelasnya.
Berbagai temuan dari proyek ini bahkan telah mendapat tempat dalam publikasi internasional terkemuka seperti Nature dan Science Advances, yang mengakui riset tersebut sebagai pencapaian ilmiah yang luar biasa.
“Platform digital ini menyuguhkan lebih dari 30 narasi cerita dan 500 gambar situs seni cadas, yang memberikan wawasan menyeluruh mengenai kekayaan sejarah prasejarah Indonesia,” ujar Arianne.
Melalui Kanvas Purbakala, pengguna dapat menjelajahi beragam lokasi penting seperti 16 situs di wilayah Maros-Pangkep, 2 di Bone, 5 di Muna, serta 1 situs di Sangkulirang, Kalimantan Timur.