Suara.com - Penipuan digital dengan menggunakan teknologi canggih semakin merebak dan bahkan kerugian finansial yang ditimbulkan hanya dalam kurun waktu tiga bulan mencapai hampir Rp 500 miliar.
Hal ini disampaikan Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria yang memaparkan kerugian dinansial sebagai dampak dari penipuan digital.
"Angkanya selama 3 bulan kemarin, dari November 2024 sampai dengan Januari 2025 Rp 476 miliar," katanya usai jumpa pers di Jakarta, Kamis (7/8/2025).
Dia menerangkan, kerugian finansial ini adalah hasil dari penjahat siber yang melakukan penipuan.
"Hingga saat ini sudah ada 1,2 juta laporan penipuan digital yang masuk diterima pemerintah," ujar Nezar.
Tercatatkan aksi penipuan digital tersebut mayoritas bersumber dari pesan instan atau SMS dan 64 persen spam terjadi melalui layanan mobile.
![Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria saat jumpa pers di Jakarta, Kamis (7/8/2025). [Suara.com/Dythia]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/08/80368-wakil-menteri-komunikasi-dan-digital-nezar-patria.jpg)
Untuk mengatasi tingginya tingkat kejahatan siber melalui spam dan scam itu, pihak Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memiliki beberapa strategi.
"Di Komdigi kita sudah punya mekanisme, dari data yang kita dapat dari pengaduan," ungkap Nezar.
Dalam hal ini, Komdigi juga tidak bekerja sendiri, dengan menggandeng Mabes Polri diharapkan penghentian penipuan digital bisa segera teratasi.
Baca Juga: 65% Masyarakat Indonesia Terancam Penipuan Digital! Indosat Luncurkan Fitur Anti-Scam Berbasis AI
"Kita bekerja sama dengan cyber crime dari Mabes Polri untuk mengungkap dan juga mengidentifikasi para pelaku yang kerap mengulang perbuatannya berupa tindakan spam dan scam ini," jelasnya.
Dia menjelaskan, Komdigi terus melakukan dialog terus melakukan monitoring juga berhubungan dengan berbagai pihak dan mendorong regulasi yang kuat untuk menggiatkan edukasi publik, juga serta memperkuat pertahanannya di kalangan masyarakat terliterasi dengan baik agar bisa mencegah atau terhindari dari kejahatan siber.
Berdasarkan laporan Asia Scam Report 2024 yang dirilis Global Anti-Scam Alliance (GASA), tercatat sebanyak 65 persen masyarakat Indonesia menerima upaya penipuan setiap minggunya, mulai dari pesan teks phising, tawaran kerja palsu, hingga skema penipuan investasi.
Melihat hal ini, Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) meluncurkan inovasi terbarunya dalam memperkuat perlindungan digital masyarakat.
Berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Komdigi), Indosat meluncurkan fitur Anti-Spam dan Anti-Scam, solusi berbasis kecerdasan artifisial (artificial intelligence/AI) yang dirancang untuk melindungi pengguna dari berbagai ancaman penipuan digital yang terus meningkat.
Fitur Anti-Spam dan Anti-Scam Indosat bekerja secara otomatis dan real-time untuk mendeteksi pengirim pesan atau penelepon mencurigakan, menyaring potensi ancaman, serta memberikan peringatan kepada pelanggan.