Suara.com - TikTok berencana memangkas ratusan karyawan di Inggris Raya.
Lantaran, perusahaan tersebut semakin bergantung pada kecerdasan buatan (AI/Artificial Intelligence) untuk mengevaluasi konten bermasalah dibandingkan menggunakan pekerja manusia.
Dilansir Azernews, Senin (25/8/2025), keputusan mengurangi karyawan ini bisa memengaruhi moderator yang bekerja di divisi kepercayaan dan keamanan.
Apalagi, perannya kini terancam karena proses yang digerakkan oleh AI.
Saat ini, perusahaan telah melakukan restrukturisasi global, mengkonsolidasikan operasi ke lebih sedikit pusat.
Meskipun serikat pekerja mengkritik keputusan tersebut, memperingatkan bahwa hal itu dapat membahayakan keselamatan jutaan pengguna di Inggris.
TikTok menyatakan bahwa penggunaan AI mengurangi tekanan psikologis bagi stafnya.
Menurut perusahaan, jumlah video kekerasan atau menyedihkan yang ditinjau karyawan telah menurun hingga 60 persen sejak menerapkan teknologi tersebut.
Saat ini, lebih dari 85 persen video yang dihapus karena pelanggaran kebijakan terdeteksi oleh alat otomatis.
Baca Juga: Krisis Pasokan Gas Murah Hantam Industri, Menko Airlangga Buka Suara Usai Pelaku Usaha Teriak PHK!
Lebih lanjut, 99 persen konten bermasalah dihapus secara proaktif oleh platform sebelum keluhan pengguna diajukan.
Pimpinan TikTok menekankan bahwa moderasi AI membantu menjaga standar konten secara efisien sekaligus meringankan beban emosional moderator manusia.
Transisi ini terjadi dalam konteks Undang-Undang Keamanan Daring Inggris yang baru, di mana platform media sosial dapat menghadapi denda besar jika gagal mencegah penyebaran konten berbahaya.
Sebelumnya, sempat diberitakan bahwa riset dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan kalau TikTok jadi media sosial paling sering digunakan orang Indonesia di tahun 2025.
Dalam survei APJII bertajuk Profil Internet Indonesia 2025, TikTok menempati posisi pertama sebagai media sosial paling sering diakses orang Indonesia di tahun 2025 dengan persentase 35,17 persen.
Menariknya, TikTok melesat jauh di 2025 karena tahun lalu mereka hanya mendapatkan persentase 18,61 persen.