NASA Ungkap Temuan Awal Trappist-1 e, Planet Mirip Bumi

Agung Pratnyawan Suara.Com
Senin, 15 September 2025 | 18:16 WIB
NASA Ungkap Temuan Awal Trappist-1 e, Planet Mirip Bumi
Ilustrasi bintang katai merah TRAPPIST-1 yang aktif dan empat planet terdekat yang mengorbitnya (NASA/ESA/CSA/STscl)
Baca 10 detik
  • NASA meneliti planet mirip Bumi, TRAPPIST-1 e, yang berada di zona layak huni.
  • Teleskop James Webb mencari bukti atmosfer untuk memastikan potensi kelayakhunian planet tersebut.
  • Hasil awal menunjukkan kemungkinan adanya air, didukung efek rumah kaca ringan dari bintang induknya.

NASA tengah meneliti sebuah planet di luar tata surya yang mirip dengan Bumi dan berada di zona layak huni. Planet mirip Bumi yang diberi nama Trappist-1 e ini  sedang diamati oleh teleskop luar angkasa James Webb, teleskop paling canggih yang pernah diluncurkan di luar angkasa.

Suara.com - Trappist-1 e adalah salah satu dari tujuh planet seukuran Bumi yang mengelilingi bintang katai merah Trappist 1. 

Di antara ketujuh planet yang ada, Trappist-1 e menjadi fokus pengamatan NASA karena letaknya berada pada zona yang memungkinkan air tetap dalam bentuk cair. 

Namun, peluang planet tersebut menjadi layak huni perlu dibuktikan dengan adanya atmosfer yang melindunginya. Hal inilah yang sedang ditelusuri para ilmuwan.

Sejauh ini, para astronom cukup yakin bahwa planet e tidak lagi memiliki atmosfer primernya. Bintang induk TRAPPIST-1 dikenal sangat aktif dan sering melepaskan semburan energi yang bisa melucuti atmosfer awal yang kaya hidrogen dan helium.

Meski demikian, banyak planet, termasuk Bumi, berhasil membentuk atmosfer sekunder setelah kehilangan lapisan awalnya. Kemungkinan planet e juga memiliki atmosfer sekunder masih terbuka lebar.

Untuk menguji keberadaan atmosfer, astronom menggunakan instrumen inframerah canggih Webb, NIRSpec (Near-Infrared Spectrograph). Mereka mengarahkannya ke sistem TRAPPIST-1 ketika planet e melintas di depan bintangnya, atau yang disebut transit. 

Saat transit, sebagian cahaya bintang dapat diserap oleh gas di atmosfer, memberikan petunjuk tentang komposisi kimia planet itu. 

Dengan setiap pengamatan tambahan, detail mengenai atmosfer akan semakin jelas.

Baca Juga: NASA: Batuan Purba Kawah Jezero Simpan Petunjuk Kehidupan di Mars

Néstor Espinoza selaku peneliti utama dari Space Telescope Science Institute, mengutip dari NASA, menjelaskan bahwa empat pengamatan awal sudah memberikan gambaran tentang jenis informasi yang bisa dikumpulkan. 

"Instrumen inframerah Webb memberi detail yang belum pernah kami dapatkan sebelumnya, dan empat pengamatan awal planet e menunjukkan data menarik yang akan menjadi dasar saat informasi selanjutnya terkumpul," ungkap Espinoza dikutip dari ABC News (11/9/2025).

Analisis awal menunjukkan kecil kemungkinan TRAPPIST-1 e memiliki atmosfer tebal yang didominasi karbon dioksida seperti Venus, ataupun atmosfer tipis seperti Mars. Namun, para peneliti menegaskan bahwa sistem TRAPPIST-1 sangat berbeda dari Tata Surya, sehingga tidak ada perbandingan langsung yang sepenuhnya akurat.

Para ilmuwan menduga keberadaan air di Trappist - 1 e ditopang oleh efek rumah kaca ringan yang dihasilkan dari radiasi bintangnya. Kondisi ini menjaga suhu planet ini tetap stabil untuk adanya air.

Air itu bisa berupa samudra raksasa yang menutupi seisi planet, atau hanya terkumpul di wilayah tertentu yang selalu menghadap bintang, dikelilingi es di sisi lain.

Para peneliti menduga planet-planet di sistem TRAPPIST-1 terkunci secara gravitasi, sehingga satu sisi selalu siang dan sisi lain selalu malam.

Untuk memperluas data, para peneliti menggunakan pendekatan baru: mengamati transit planet b dan e hampir bersamaan. Planet b, yang lebih dekat ke bintang, diyakini tidak memiliki atmosfer.

Dengan membandingkan hasil kedua planet itu, ilmuwan dapat memisahkan sinyal yang benar-benar berasal dari atmosfer planet e.

Empat pengamatan awal terhadap TRAPPIST-1 e dilakukan oleh tim DREAMS (Deep Reconnaissance of Exoplanet Atmospheres using Multi-instrument Spectroscopy)

Teleskop James Webb sendiri merupakan observatorium ruang angkasa unggulan dunia, hasil kerja sama NASA dengan Badan Antariksa Eropa (ESA) dan Badan Antariksa Kanada (CSA).

Temuan awal ini memberi harapan bagi pencarian kehidupan di luar Bumi. Dengan teknologi baru seperti Teleskop Webb, ilmuwan kini dapat mempelajari detail cahaya bintang dan atmosfer planet kecil yang berada 40 tahun cahaya jauhnya.

Penelitian lebih lanjut diharapkan mampu memberi gambaran lebih jelas apakah TRAPPIST-1 e hanya sekadar batu angkasa, atau mungkin rumah bagi lautan dan, siapa tahu, kehidupan.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI