Waspada Penipuan Online Mengaku Hacker, Polisi, dan Hitmen, Siap Ancam Sebar Data Pribadi!

Dythia Novianty Suara.Com
Senin, 17 November 2025 | 10:00 WIB
Waspada Penipuan Online Mengaku Hacker, Polisi, dan Hitmen, Siap Ancam Sebar Data Pribadi!
Ilustrasi hacker (Freepik)
Baca 10 detik
  • Penipuan email semakin canggih dengan memasukkan data pribadi dan berbagai skenario ancaman untuk memicu kepanikan korban.

  • Penipu menggunakan teknik penghindaran canggih agar lolos dari filter keamanan, termasuk manipulasi huruf, format, dan HTML.

  • Pengguna disarankan untuk memverifikasi pengirim, menghindari membuka lampiran/tautan mencurigakan, dan melaporkan email ke pihak berwenang

Suara.com - Penipuan online kini lebih kreatif dengan memasukkan detail pribadi seperti nama lengkap dan nomor telepon dalam email palsu agar tampak kredibel dan memicu kepanikan di antara korban.

Penipu dapat menyamar sebagai peretas atau hacker yang mengaku dapat menyebarluaskan data pribadi, lembaga penegak hukum yang mengedarkan surat panggilan palsu, atau pembunuh bayaran yang menuntut tebusan.

Ancaman-ancaman ini seringkali memanfaatkan teknik untuk menghindari filter email dan solusi keamanan lainnya, yang menggarisbawahi perlunya peningkatan kewaspadaan.

Dalam skema paling umum, penipu menyamar sebagai peretas yang mengaku telah menyusup ke perangkat korban.

Mereka mengaku memiliki akses ke kamera, mikrofon, riwayat penelusuran, dan berkas sensitif, seringkali mengancam akan merilis konten eksplisit yang diambil melalui webcam atau rekaman layar yang diduga diambil saat korban sedang menonton konten dewasa.

Tuntutan biasanya berkisar ratusan dolar amerika dalam bentuk kripto, dengan janji untuk menghapus data setelah pembayaran.

Email-email ini mungkin menyertakan narasi terperinci tentang dugaan pelanggaran, termasuk penjelasan jenis malware dan saran tentang keamanan yang lebih baik.

Penipuan lain melibatkan skema penyerang yang menyamar sebagai pembunuh bayaran (hitmen).

Dalam skema ini, pengirim mengklaim telah membuat kontrak yang mengikat korban, tetapi menawarkan untuk mengampuni mereka jika mereka menawar lebih tinggi dari pembayar awal.

Baca Juga: Viral! "Halo" Berujung Petaka: Penipuan Suara AI Mengintai Orang Terdekat!

Email tersebut menyertakan dompet aset kripto untuk tebusan, membingkai penipu tersebut sebagai perantara yang "baik hati".

Skenario ini mengandalkan rasa takut, alih-alih rasa malu, dengan menjanjikan nyawa korban sebagai imbalan pembayaran.

Taktik umum lainnya adalah penipu menyamar sebagai lembaga penegak hukum, seperti Europol.

Korban menerima email dengan lampiran berkas PDF atau DOC berisi surat panggilan palsu yang menuduh mereka melakukan kejahatan serius seperti eksploitasi anak, eksibisionisme, atau perdagangan manusia.

Dokumen-dokumen ini mengutip pasal-pasal hukum yang direkayasa, menampilkan tanda tangan dan stempel palsu, dan mendesak kontak segera melalui email yang diberikan untuk "menyelesaikan" masalah tersebut.

Setelah ditanggapi, "pihak berwenang" menuntut pembayaran denda untuk menghindari tuntutan hukum, yang seringkali berujung pada transfer kripto.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI