Padahal, Indonesia tengah gencar menggenjot investasi di tengah lesunya ekspor.
Dia memberikan contoh, saat Indonesia mengundang Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud untuk kerja sama investasi hingga lebih dari Rp300 triliun, sektor properti Indonesia juga diperkirakan akan dimasuki dana hingga Rp60 triliun untuk pembelian langsung dari hasil repatriasi "tax amnesty".
Oleh karena itu, katanya, saat ini Pilkada Jakarta menjadi salah satu momen yang paling diperhatikan investor.
"Kepastian hukum investasi dari gubernur baru menjadi salah satu yang paling dicermati," kata Ali.
Investor ragu Pada bagian lain, Ali menilai meski sudah ada perbaikan, berbagai hasil riset lembaga internasional kerap menempatkan kepastian investasi menjadi salah satu faktor yang membuat calon investor ragu menempatkan dana di Indonesia.
Data Bank Dunia menunjukkan Peringkat Kemudahan Berbisnis (Ease of Doing Business Indonesia) 2017 yang dirilis Oktober 2016 naik menjadi 91 dari sebelumnya 106.
Pemeringkatan dilakukan pada 190 negara di wilayah Asia Pasifik. Ini adalah kenaikan tertinggi peringkat Doing Business Indonesia.
Ali menambahkan, investasi saat ini menjadi salah satu tumpuan utama pertumbuhan ekonomi di Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang belum stabil.
Salah satu industri yang diharapkan mampu bangkit mendorong pertumbuhan ekonomi nasional adalah properti.
Baca Juga: IPW Sebut Pergerakan Pasar Properti Mengarah ke Jakarta Timur
Apalagi, tambahnya, pemerintah tengah menggeber pembangunan infrastruktur dasar seperti jalan, pelabuhan, dan bandara di berbagai daerah.