Gilarsi mengatakan, walaupun bisnis sangat digital sentris, namun ia yakin masih ada kepentingan pada footprint, yang mana ini menjadi keunggulan bagi Pos Indonesia bila mampu mengoptimalkan secara inovatif.
“Footprint bisa menjadi keunggulan bagi Pos Indonesia, atau sebagai the only partner yang sangat relevan bagi para digital players,” ujarnya.
Untuk meraih optimisme tersebut, Pos Indonesia membutuhkan skill set yang sangat berbeda. Di usia yang ke-273 tahun, Gilarsi berharap dari sisi internal, Pos Indonesia mampu mempersiapkan skill set yang betul-betul siap untuk masa depan perusahaan, sehingga lebih matang dalam menangkap dan mengadapi perubahan di masa mendatang.
“Ini menjadi bagian dari strategi transformasi Pos Indonesia,” imbuh Gilarsi.
Gilarsi mengaku tidak mudah dengan 28 ribuan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki, namun mereka hanya terlatih dengan skill set lama. Namun dengan rekrutmen yang baru, Pos Indonesia memastikan dapat membekalinya dengan skill set baru yang jauh lebih memahami kebutuhan Pos Indonesia saat ini dan untuk kebutuhan Indonesia di masa depan.
“Problem base learning dan design thinking merupakan sesuatu yang mutlak, yang harus dipelajari oleh karyawan Pos Indonesia ke depan,” ujarnya.