Suara.com - Founder dan pakar ekonomi Center of Reform on Economic (Core), Hendri Saparini, PhD mengatakan, Indonesia memiliki pekerjaan rumah besar untuk mendorong manufaktur di era digital.
Hal tersebut dia sampaikan dalam seminar Millenial Fest Industry 4.0 bertajuk “Kaum Milenial dan Industri 4.0”, di Ballroom Hotel Adimulia, Kota Medan, Jumat (4/10/2019).
Seminar ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Munas XIII Kagama yang akan dilaksanakan 14 - 17 November 2019, di Bali.
Revitalisasi industri, kata Hendri, menjadi agenda penting untuk menyelesaikan antara lain, masalah rendahnya pertumbuhan manufaktur, ketergantungan terhadap bahan baku impor yang tinggi, dan penciptaan lapangan kerja terbatas.
Di sisi lain, sumber daya yang beragam, baik sumber daya alam, manusia dan budaya serta pasar yang luas tetap menjadi potensi besar bagi Indonesia untuk mengembangkan bisnis yang telah ada maupun bisnis-bisnis baru berbasis digital.
“Kemajuan infrastruktur digital dan pembangunan berbagai hard dan soft infrastructure secara masif telah membantu memberikan solusi bagi calon wirausaha,” ujarnya.
Modal tersebut, menurut Hendri, merupakan peluang bagi generasi milenial untuk membangun kewirausahaan sosial guna mendorong pembangunan ekonomi inklusif.
“Supaya dapat mengurangi kesenjangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” ungkapnya.
Hendri bercerita, saat ini, para muda di berbagai negara ikut bergiat melakukan transformasi untuk memenangkan persaingan global.
Baca Juga: Rossa Bersyukur Mahasiswa di Era Digital Masih Peduli Bangsa
Dengan perubahan lingkungan global dan domestiknya, Jepang, Amerika, China, Korea, misalnya, memilih strategi yang berbeda untuk menemukan kekuatan ekonominya agar tetap berdaya saing.
“Indonesia dengan berbagai potensi daerahnya bisa dijadikan peluang. Pulau Bangka dan Belitung merupakan pusat rempah penting dunia, yakni lada hitam. Permintaan dunia untuk lada hitam menjadi peluang bagi kita untuk mengembangkan ekspor maupun bahan baku untuk membangun produk turunan,” papar Hendri.
Selain itu Sulawesi, kata Hendri, merupakan daerah dengan buah kelapa terbaik dunia. Virgin Coconut Oil yang bernilai tinggi menjadi potensi besar untuk membangun industri dan meningkatkan pendapatan berbasis kelapa.
Menurut Hendri, contoh tersebut merupakan potensi besar sumber daya alam (SDA) pertanian yang belum termanfaatkan untuk memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat lokal, serta mendorong ekspor.
“Para milenial semestinya dapat melihat sebagai peluang untuk menjadi wirausaha sosial dengan mengajak dan memberdayakan para petani untuk berkolaborasi,” tandasnya.
Dukungan teknologi digital yang sangat cukup memungkinkan antara lain untuk menciptakan dan memanfaatkan berbagai platform sebagai pendukung, baik untuk mendapatkan pendanaan, pemasaran, transportasi dan logistik, informasi produk dan pasar.