Kopkun, Siapa Bilang Koperasi Tak Bisa Menembus Pasar Digital?

Selasa, 22 Oktober 2019 | 21:47 WIB
Kopkun, Siapa Bilang Koperasi Tak Bisa Menembus Pasar Digital?
Beecer.com, salah satu aplikasi kreasi Kopkun group. [Beecer.com]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tak terbatas sebagai wadah simpan pinjam anggota, kini koperasi bisa bertransformasi menjadi organisasi yang mengembangkan unit usaha mengambil peluang pasar.

Mengikuti pangsa pasar milenial, koperasi berinovasi membuat bisnis star up guna memfasilitasi masyarakat yang belanja atau menggunakan jasa-jasa secara online melalui gawai di tangan.

Hal ini lah yang dilakukan Koperasi Karya Utama Nusantara (Kopkun) Group, sebuah koperasi yang berdomisili di Kota Purwokerto, Jawa Tengah.

Berawal dari pengurusnya yang mantan aktivis koperasi mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), mereka menggagas pendirian Kopkun sebagai koperasi modern.

Bukan sekadar aplikasi

Bermula pada 13 tahun silam, Kopkun didirikan dari modal pinjaman bantuan program Kementerian Koperasi RI.

Pada 2006, mereka mendapat modal pinjaman program koperasi akademika Rp 500 juta, dan digunakan untuk membangun swalayan di lingkungan kampus. Awalnya dari satu swalayan, kini sudah punya 4 gerai yang tersebar di Purwokerto.

Barang-barang yang dijajakan swalayan koperasi komplet. Fasilitas dan layanannya profesional sebagai pasar modern, seperti ritel-ritel perusahaan besar.

Ruangan ber-AC dan sistem pengelolaannya terkomputerisasi. Lahan dan bangunan gedung empat swalayan itu sudah milik Koptun yang dibeli dengan mencicil ke bank.

Baca Juga: Pengembangan e-koperasi Berbasis Android

Tak berhenti pada swalayan, Koptun merambah pasar melenial dengan digitalisasi koperasi. Koptun ini membangun inkubator dengan mendirikan unit bisnis start up-sturt up.

Startup yang didirikan koperasi itu melahirkan sejumlah aplikasi. Inkubator bisnis start up ini dibangun dalam dua tahun belakangan.  

Firdaus Putra Aditama, Chief Operating Officer (COO) Kopkun Group kepada Suara.com mengutarakan, pengembangan dan inovasi koperasi mereka mengacu konsep Rhenald Kasali, pakar bisnis sekaligus dosen ekonomi Universitas Indonesia, tentang bekerja dengan dua tangan.

Ketika tangan kiri bekerja, tangan kanan juga bekerja secara bersamaan. Analogi tangan kiri misalnya adalah mengembangkan koperasi konvensional modern. Sementara tangan kanan dianalogikan sebagai upaya mengembangkan koperasi melalui bisnis start up.

Sebab, bisa jadi bisnis konvensional yang sekarang akan memasuki masa senjakala dan beberapa usaha start up bisa tumbuh. Kedua pola bisnis itu mereka jalani dan kembangkan.

Firdaus Putra Aditama, Chief Operating Officer (COO) Kopkun Group. [Suara.com/Erick Tanjung]
Firdaus Putra Aditama, Chief Operating Officer (COO) Kopkun Group. [Suara.com/Erick Tanjung]

Meskipun awal mula membangun bisnis start up gagal, mereka terus belajar lebih dalam dan akhirnya mulai berkembang hingga mampu membuat inkubator.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI