Suara.com - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyinggung kasus skandal gagal bayar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) mulai menggerogoti sendi-sendi ekonomi nasional, termasuk juga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pekan lalu anjlok hampir 5 persen.
Hal tersebut dikatakan Herman dalam sebuah diskusi di Kawasan Wahid Hasyim, Jakarta, Minggu (2/2/2020).
Herman tak menampik, kasus gagal bayar yang dialami perusahaan plat merah tersebut karena kesalahan investasi yang dilakukan manajemen, baik saham maupun reksadana yang berkinerja buruk di Bursa Efek Indonesia (BEI).
"Kok bisa, Jiwasraya bisa tempatkan di saham dan reksa dana berkinerja buruk," ujar Herman sembari bertanya.
Yang lebih konyol lagi, kata Politisi Partai Demokrat ini, manajemen Jiwasraya juga berinvestasi di saham yang memiliki bisnis pembudidayaan ikan arwana, tak tanggung-tanggung kata Herman nilai investasi Jiwasraya di perusahaan tersebut mencapai Rp 6 triliun.
"Ada juga penempatan saham di bidang (pembiakan) ikan arwana capai Rp 6 triliun dan ada 55.000 transaksi yang saat ini sedang didalami Kejaksaan Agung," katanya.
Tak heran kata dia, kasus Jiwasraya ini mulai menggerogoti sendi-sendi ekonomi nasional, seperti IHSG.
"Kemudian dalam sepekan ini IHSG terjadi perlambatan 5 persen lebih dan apa berpengaruh ke nilai tukar? Tentu silakan pemerintah bicarakan ini secara serius," katanya.
"Apakah Jiwasraya bisa berdampak terhadap turunnya IHSG atau perlambat investasi baru, dan terhadap nilai tukar rupiah. Kalau pengaruhi sendi-sendi keuangan yang topang ekonomi negara ini bahaya," sambung Herman.
Baca Juga: Terbelit Kasus, Klaim Jatuh Tempo Asuransi Jiwasraya Naik Jadi Rp 16 T
Sebelumnya, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan terakhir boleh dibilang tak begitu baik, karena IHSG anjlok hampir 5 persen.
Mengutip data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) IHSG mengalami perubahan sebesar 4,87 persen menjadi 5.940,048 dari 6.244,109 pada penutupan perdagangan pekan sebelumnya.
Kemudian, nilai kapitalisasi pasar selama sepekan juga mengalami perubahan sebesar 4,86 persen menjadi Rp 6.864,267 triliun dari Rp 7.214,773 triliun pada penutupan perdagangan minggu lalu.
Untuk rata-rata volume transaksi harian mengalami perubahan sebesar 20,91 persen menjadi 6,457 miliar unit saham dari 8,164 miliar unit saham pada pekan sebelumnya.
Kemudian, untuk rata-rata nilai transaksi harian mengalami perubahan sebesar 1,88 persen menjadi Rp 6,325 triliun dari Rp 6,446 triliun pada pekan sebelumnya.
Sementara, rata-rata frekuensi transaksi harian mengalami peningkatan sebesar 2,04 persen menjadi 418,443 ribu kali transaksi dari 410,077 ribu kali transaksi pada pekan sebelumnya.