Dikala Petani Kopi Gayo Bertahan Bercocok Tanam Masa Pandemi

Erick Tanjung Suara.Com
Rabu, 24 Februari 2021 | 16:35 WIB
Dikala Petani Kopi Gayo Bertahan Bercocok Tanam Masa Pandemi
Ilustrasi--Petani memanen kopi jenis Arabica di perkebunan Jabal Antara, Kecamatan Nisam Antara, Aceh Utara, Aceh. (Antara Foto/Rahmad)

Ekspor

Kopi Arabica Gayo sangat digemari oleh konsumen di Amerika, Eropa, dan Jepang. Mereka menyebut kopi gayo sangat istimewa dan dikatagorikan sebagai kopi spesialty karena memiliki aroma khas dengan perisa/flavor kompleks, dan kekentalan/body yang kuat.

Berdasarkan hasil uji cita rasa kopi yang diterapkan oleh asosiasi kopi di Amerika yakni Specialty Coffee Asotiation of Amerika atau SCAA, kopi Gayo disebut sebagai kopi dengan skor nilai sempurna.

Bagi SCAA kopi dengan skor poin di atas angka 80 berdasarkan hasil uji citarasa/Cupping test sudah dianggap sebagai kopi spesialty.

Sedangkan kopi Gayo selalu mendapatkan nilai tertinggi di angka 86-90 poin. Nilai itu cukup untuk menobatkan kopi Gayo sebagai kopi terbaik nomor satu di dunia. Tidak heran, di manca negara di hotel dan tempat-tempat favorit yang berkelas, kopi Gayo menjadi pilihan utama bagi penyeruput kopi dunia.

Ketua Asosiasi Produser Fairtrade Indonesia/APFI, Armiadi di Takengon mengatakan permintaan ekspor kopi Gayo selama pandemi sangat minim.

Kondisi tersebut membuat kopi Gayo lebih banyak menumpuk di gudang. Para eksportir lokal kewalahan mendapatkan kontrak pembelian seperti biasanya dari para pembeli luar negeri.

"Kopi banyak tertumpuk di gudang dan tidak terjual karena tidak ada pembeli. Itu kondisi saat ini," kata Armiadi.

Jika pun ada transaksi pembelian atau ekspor kopi Gayo di masa pandemi saat ini maka diprediksi tak lebih dari kisaran 10 sampai 20 persen saja.

Baca Juga: Aceh Provinsi Termiskin di Sumatera, Denny Siregar: Alhamdulillah...

Sedangkan sisanya, kopi menumpuk di gudang tanpa ada permintaan beli dari para buyer luar negeri.

Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia/AEKI Aceh Armia menjelaskan bahwa pandemi saat ini memang sangat berdampak pada perdagangan kopi dunia, termasuk menyebabkan anjloknya harga jual kopi Gayo.

Tidak ada solusi yang tepat untuk saat ini selain berharap pandemi segera berakhir. "Jika mau cepat ayo sama-sama kita akhiri Covid-19 dengan mematuhi protokol kesehatan," ujarnya.

"Gayo, kopi, dan budaya, adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisah, kita memang hidup dengan itu. Gayo hidup dengan kopi, Gayo hidup dengan budaya. Itu yang kemudian menjadi satu kesatuan ruh spiritnya orang Gayo. Ini yang harus dirawat dan dijaga dengan baik," kata Bupati Bener Meriah Sarkawi.

Bagi masyarakat Gayo kopi bukan hanya tentang minuman hangat di pagi hari atau menjadi tradisi menu hidangan dalam setiap kebersamaan, tapi lebih dari itu juga diresapi sebagai bagian dari nilai-nilai kearifan dan keelokan berbudaya.

Kebun-kebun kopi itu bukan hanya sekedar ladang sumber ekonomi bagi masyarakat Gayo, tapi juga ibarat "rumah" yang mampu memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi setiap pemiliknya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI