Berkat PKH dari Kemensos, Penghasilan Jutaan Rupiah Kini Jadi Miliknya

Sabtu, 27 Maret 2021 | 14:02 WIB
Berkat PKH dari Kemensos, Penghasilan Jutaan Rupiah Kini Jadi Miliknya
Sulastri, perempuan sukses berkat PKH. (Dok : Kemensos)

Suara.com - Sulastri sibuk merangkai potongan kain yang telah terpola, lalu menjahitnya menjadi pakaian jadi. Perempuan 29 tahun itu mantap menekuni profesi sebagai penjahit. 

Ibu dua anak ini merupakan salah satu dari 314 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Program Keluarga Harapan (PKH) di Kota Tangerang Selatan. Sudah lima tahun, ia memulai usaha sebagai penjahit pakaian dari kain perca.

Matahari telah tenggelam di ufuk barat, menyisakan rona jingga. Tapi kesibukan masih berlangsung di rumah mungil berukuran 3 x 5 meter, di Kampung Ciater, salah satu sudut Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Dari kelincahan tangannya merangkai kain perca menjadi pakaian jadi, kini rupiah mengalir deras ke kantongnya.

Suara putaran dinamo dari mesin jahit listrik terdengar meraung kencang dari pinggir jalan. Di ruang tamu seluas 4 meter, di antara tumpukan goni berisi kain tak beraturan, duduk perempuan dengan kerudung merah dan setelan gamis hitam.

Kepada tim Biro Humas Kemensos yang menyambanginya, Jumat petang (26/3/2021), ia mengisahkan perjuangannya menapaki usaha.

“Awalnya saya dagang opak keliling sebagai reseller bareng suami dengan sistem bagi hasil,” katanya.

Keliling kampung menjajakan opak berjalan sekitar 3 tahun. Sekitar tahun 2013, Sulastri didatangi pengurus RT untuk menerima PKH.

“Saya dapat pemasukan tambahan. Selain untuk biaya sekolah, saya tabung dan membeli mesin jahit bekas,” katanya.

Sulastri mengaku belajar menjahit secara autodidak. Setelah merasa mantap dengan kemampuannya, ia lantas membeli perangkat mesin jahit tua dengan hasil tabungan yang ia sisihkan dari dana PKH yang ia terima setiap bulan.

Baca Juga: Ringankan Dampak Pandemi untuk Kelompok Rentan, Ini Langkah Kemensos

Berbeda dengan pekerjaan sebelumnya, Sulastri kini tak perlu berkeliling kampung mencari pelanggan, karena ia fokus mengirim pakaian kain perca yang sudah ia jahit ke pengepul. Penghasilannya pun meningkat drastis dengan nilai konsisten.

"Dulu jualan opak dapat Rp50 ribu karena harus bagi hasil. Tapi sekarang dari hasil jahit kain perca bisa dapat Rp2 juta per bulan," kata perempuan lulusan SD ini.

Merasa sudah berhasil mengangkat perekonomian keluarga kecilnya, Sulastri mengajukan surat pengunduran diri dari PKH pada Maret 2020.

"Saya ikut PKH sejak 2013. Itu sudah terlalu lama bagi saya. Bukannya tidak bersyukur, tapi masih banyak yang lebih membutuhkan PKH sehingga saya ingin graduasi mandiri saja," kata Sulastri.

Namun, niat mulianya itu belum dikabulkan lantaran suami Sulastri diberhentikan dari pekerjaannya akibat pandemi Covid-19. Pendamping PKH yang selama ini membantu Lastri, tidak ingin terjadi dampak serius bagi kehidupan ekonomi Sulastri.

"Kami menerima pengajuan graduasi mandiri dari Bu Sulastri namun kami tahan dulu karena di awal pandemi, suaminya terkena pengurangan karyawan sehingga perekonomian Bu Sulastri dianggap masih belum memadai," kata Heni Rohaeni, pendamping Sulastri.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI