Dengan demikian, Said memperkirakan indikator makro ekonomi nasional pada tahun 2022 akan berada pasa kisaran sebagai berikut:
Pertumbuhan ekonomi 2022 berada pada kisaran 5,0-5,5% dengan asumsi baseline 2021 tercapai > 4% tengah tekanan akibat pandemi Covid-19.
Kemudian laju inflasi pada kisaran 3% (inflasi relatif stabil).
Sementara itu, nilai tukar rupiah diprediksi berada Rp. 14.100-14.600/USD (kurs relatif stabil di kisaran 14.000 pada tahun lalu).
Sedangkan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia Crude Oil Price/ICP) 60 USD/barel (ICP mengalami volatilitas tahun lalu, dari terendah 20,6 USD/barel di April 2020 dan memasuk 2021 pada kisaran 63 USD/barel).
Selain itu, SBN 10 tahun 6,29-8%.
Lifting Minyak Bumi 775 ribu barel/hari. (sejak 2016 lifting minyak bumi terus menurun dari kisaran 800 ribu barel/hari, hingga realisasi lifting terendah tahun 2019 sebesar 746 ribu barel/hari).
Dan lifting Gas 1.100 ribu barel/hari (lifting gas juga trus mengalami penurunan, tahun 2018 seebsar 1.145 ribu barel/hari, 2019 sebesar 1.057 ribu barel/hari, dan tahun 2020 sebesar 1.007 ribu barel/hari).
Sedangkan untuk indikator kesejahteraan, Said memperkirakan tingkat Kemiskinan: 9,0-9,5% (target APBN 2021 sebesar 9,2-9,7% dan capaian 2020 sebesar 10,19%, outlook tahun 2021 sebesar 9,6%).
Baca Juga: RIB: Krisis Iklim di Depan Mata, Tapi Pemerintah Kurang Serius
Sementara, tingkat Pengangguran: 6,3 – 6,8% (target APBN 2021 sebesar 7,7-9,1%, capaian tahun 2020 sebesar 7,07%, outlook 2021 sebesar 6,7%).
Sedangkan Gini Rasio: 0.375 (capaian tahun 2019 sebesar; 0.380, 2020 sebesar 0.385, outlook tahun 2021 sebesar 0.380).
Adapun Indeks Pembangunan Manusia (IPM): 71.91 (capaian tahun 2019 sebesar 71,92 dan tahun 2020 sebesar 71,94, outlook tahun 2021 sebesar 71.93).
Dan Nilai Tukar Petani (NTP); 100,50 (capaian tahun 2019 sebesar 100,52 dan tahun 2020 seebsar 100,35, outlook 2021 100,40)