Menurut Digital Marketing Institute, viral merupakan tiket emas menuju popularitas. Dari sini kita sudah dapat menarik kesimpulan, bahwa TikTok mampu berada di posisi puncak berkat adanya video-video viral yang dihasilkan dari para penggunanya.
Belakangan ini, media sosial semakin disesaki oleh banyaknya kepentingan politik yang rumit dan terkesan mengadu domba. Platform-platform media sosial seperti Instagram, Facebook dan Twitter juga menjadi medan perang perseteruan politik.
Di TikTok, hal tersebut hampir tidak pernah terlihat. Seperti yang sudah dijabarkan dalam paragraf sebelumnya, TikTok memfokuskan dirinya pada konten-konten yang terkesan cringey atau norak, tapi tetap membuat orang lain penasaran, sampai akhirnya tertarik untuk ikut mencoba.
Hal ini pun ditegaskan kembali oleh Dina Bhirawa selaku Head of Marketing TikTok Indonesia. Dalam presentasinya di ajang Citra Pariwara 2019 kemarin, Dina menjelaskan bahwa setidaknya ada lima kategori konten paling viral dan diminati oleh muda-mudi di Indonesia.
Kelima kategori tersebut ialah konten komedi, vlog, fesyen & kecantikan, talenta, dan kuliner. Jika kita menilik TikTok, karya-karya dihasilkan memang terkesan seperti konten yang kurang berfaedah. Namun nyatanya konten yang menonjolkan aspek ‘seru-seruan’, ataupun konten ‘video challenge’ untuk melakukan sesuatu itulah yang diminati oleh anak-anak muda Generasi Millennial dan Gen Z.
Keyakinan Generasi Millennial dan Gen Z yang seakan ingin menjauhkan diri dari konten-konten berbau politik adu domba, nyatanya juga diamini oleh TikTok. Mengutip Blake Chandlee selaku Vice President TikTok Global Business Solutions dalam wawancaranya bersama Reuters, TikTok tidak akan mengizinkan iklan berbayar yang mempromosikan atau menentang kandidat tertentu, pemimpin negara saat ini, partai atau kelompok politik tertentu.
Tentu saja ada penyebab mengapa TikTok begitu memikat para generasi muda. Hal tersebut dipercaya karena TikTok menawarkan fitur unik dan belum pernah ada sebelumnya, seperti pustaka musik yang luas, fitur countdown sebelum video direkam, stiker untuk mendukung penampilan di depan layar jadi makin unik, serta ragam filter yang bisa disesuaikan dengan irama musik dan video. Fitur-fitur tersebut itulah yang tidak dimiliki oleh para pesaing.
Hal-hal bersifat teknis lainnya, seperti bentuk smartphone yang memanjang ke atas (vertical) juga memengaruhi keberhasilan TikTok. Menurut Dina Bhirawa, percaya atau tidak, video-video yang dibuat secara vertikal akan menjadi masa depan konten digital.
Hal ini bukan sebatas asumsi. Merujuk pada the Mobile Overview Report, tingkat konsumsi konten yang dibuat vertikal oleh pengguna smartphone sudah mencapai 90%. Itu artinya, seiring pertumbuhan penggunaan smartphone yang semakin pesat, maka kita akan semakin sering melihat konten digital dengan bentuk vertikal.
Baca Juga: Penasaran Perbedaan Porsi Nasi Padang, Pria Ini Nekat Makan sambil Bawa Timbangan
Aspek keberhasilan TikTok lainnya yang layak untuk diamati adalah investasi besar-besaran di bidang teknologi. Pengguna TikTok pasti tidak asing lagi dengan berbagai fitur teknologi canggil yang ditawarkan oleh aplikasi asal Tiongkok tersebut. Seakan tidak ingin setengah-setengah, TikTok menghadirkan berbagai fitur baru yang menjadi angin segar bagi para kreator konten di seluruh dunia.
Dilansir dari Harvard Business Review, TikTok juga menginvestasikan dana yang tidak sedikit demi bisa menggunakan teknologi AI (kecerdasan buatan). Berkat algoritma dari AI inilah, TikTok mampu mengatur video-video mana saja yang akan disuguhkan pada beranda pengguna.
Pertanyaan selanjutnya yang muncul dibenak oleh para pelaku brand dan kreator konten adalah: apakah ini sudah waktunya bagi kita untuk merambah TikTok?
Jika dilihat dari begitu besarnya antusiasme dari masyarakat, maka mulai melirk TikTok sebagai strategi marketing baru yang potensial adalah jawaban yang tepat.
Sama halnya seperti konten kreator, para brand juga mulai merambah TikTok untuk berburu audiens yang lebih luas. Sebut saja brand-brand besar seperti Chipotle, Crocs, Guess, atau bahkan NBA yang aktif menyebarluaskan tagar sesuai slogan perusahaannya masing-masing di TikTok.
Lewat #CrocsChallenge, Crocs mengajak pengguna TikTok lainnya untuk membuat video Shaving Cream Crocs. Konten semacam ini minim akan tema hard-selling. Meski begitu, karena konten yang unik, Crocs berhasil mendapatkan brand awareness yang besar berkat populernya konten challenge tersebut.