Suara.com - Tahun ini dinilai sebagai tahun yang tepat untuk mengoleksi saham perusahaan kelapa sawit. Baik saham yang dilepas melalui Initial Public Offering (IPO) oleh perusahaan yang baru masuk bursa, maupun melalui rights issue bagi perusahaan yang sudah listing di bursa efek Indonesia.
“Dalam kondisi harga komoditas sawit yang all time high, tentu menjadi waktu yang tepat bagi perusahaan perkebunan kelapa sawit untuk memanfaatkan momentum. Sementara bagi investor, ini peluang untuk dapat cuan dari investasi di saham perusahaan kelapa wait,” kata Kepala Riset Praus Capital, Alfred Nainggolan ditulis Selasa (2/11/2021).
Selain dari posisi harga sawit yang saat ini sedang tinggi, karakteristik kelapa sawit yang memiliki produk turunan beragam membuat prospek permintaan CPO akan solid ke depannya.
“Dan terakhir, komitmen pemerintah untuk mengembangkan industri turunan CPO di Tanah Air, menjadi peluang yang sangat positif bagi perusahaan CPO di Indonesia,” terang Alfred Nainggolan.
Alfred memaparkan setidaknya ada tiga alasan utama mengapa saham perusahaan perkebunan sangat menarik saat ini. Pertama, saat ini industri perkebunan sedang dalam masa booming commodity price, seperti CPO yang menyentuh level tertingginya menembus RM 5.000/ton.
Kedua, dari sisi industri, produk CPO memiliki banyak turunan sehingga bagus untuk stabilitas harga CPO ke depan-nya. Banyaknya produk turunan menjadi potensi pengembangan usaha perusahaan perkebunan sawit sangat besar. Penggunaan CPO untuk produk makanan, kosmetik dan bahan bakar tentu membuat penyerapan produk CPO akan stabil dan meningkat.
Ketiga, sebagai produsen CPO terbesar di dunia, industri kelapa sawit Indonesia telah memberlakukan moratorium lahan sawit baru. Tentu ini kondisi akan menguntungkan harga sawit ke depannya, karena mengerem supply di tengah kenaikan permintaan sawit global.
Sementara itu secara terpisah, Komisaris PT Nusantara Sawit Sejahtera Dr Robiyanto, mengatakan PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) berencana menggelar (IPO) pada Kuartal IV tahun ini. NSS menilai, sekarang adalah waktu yang tepat untuk melepas saham ke publik. Terutama melihat dari potensi kenaikan harga CPO menyusul kenaikan kebutuhan minyak nabati dunia.
Di sisi lain, dari internal perusahaan ada kebutuhan modal untuk memperkuat kapasitas usaha guna memanfaatkan peluang bisnis di industri kelapa sawit yang sangat besar, yaitu menambah pabrik kelapa sawit (PKS) dan kegiatan penelitian dan pengembangan.
Baca Juga: Presiden Jokowi Kritisi Diskriminasi Uni Eropa Terhadap Kelapa Sawit Indonesia
“Untuk lembar saham masih digodok terus. Kami perkirakan freefloat sekitar 40 persen. Kami membidik kapitalisasi pasar setelah IPO sudah mencapai Rp 5 triliun. Dana IPO diperkirakan Rp 2 triliun. Harga diperkirakan di sekitar Rp135 hingga Rp150 per lembar,” tambahnya.