PHM juga memberi jalan keluar bagi para nelayan itu agar tetap produktif saat kondisi paceklik, salah satunya dengan membantu menyediakan fasilitas perbaikan kapal secara mandiri.
“Kehadiran bengkel kapal dapat mengatasi masalah produktivitas nelayan saat cuaca buruk dan tidak bisa melaut,” tambah Frans.
Untuk pemeliharan mesin-mesin kapal, sebanyak 6 kelompok nelayan telah dibekali kemampuan untuk memperbaiki kapal secara mandiri. Bengkel itu juga memberdayakan dua warga penyandang disabilitas sebagai tenaga mekanik.
“Sekarang saya tidak perlu menempuh perjalanan sekitar 3 jam ke Samarinda untuk memperbaiki kapal,” ungkap H. Aziz.
Dengan beroperasinya bengkel nelayan pesisir ini, setiap kelompok nelayan dapat menghemat biaya perawatan kapal senilai Rp 4 juta per tahun. Sehingga, kehadiran bengkel nelayan di Desa Muara Pantuan sangat disambut baik.
Selain itu, kaum perempuan diwilayah ini juga diajak produktif melalui aktivitas produksi makanan olahan, termasuk pemanfaatan hasil tangkap yang sebelumnya dianggap tidak bernilai ekonomi.
Bila dulu kepala udang dan ikan-ikan kecil dibuang begitu saja sebagai limbah, maka kini dapat diolah menjadi 15 produk Pangan Industri Rumah Tangga (PIRT) olahan seperti: petis bubuk, kaldu udang bubuk, terasi bubuk dll. yang memberikan penghasilan tambahan rata-rata Rp 9 juta/tahun.
“Kami berharap, dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang kami lakukan, dalam beberapa tahun ke depan perekonomian Desa Muara Pantuan akan jauh lebih baik,” kata Frans.
Baca Juga: Petani Maju 4.0 Pertamina Hulu Mahakam Sedot Perhatian Milenial di Bidang Pertanian