Generasi Milenial Jadi Target Bisnis Properti

Iwan Supriyatna Suara.Com
Kamis, 21 April 2022 | 09:28 WIB
Generasi Milenial Jadi Target Bisnis Properti
Bincang Properti Pascapandemi bertajuk Investasi Cerdas Generasi Muda.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Heny Hendrayati menyebutkan, secara umum sektor properti tahan banting, termasuk terpaan dampak pandemi Covid-19. Dari berbagai jenis properti, rumah tipe menengah tampak paling tahan akan terpaan dampak pandemi Covid-19.

Dia menunjukkan data pertumbuhan tahunan penjualan rumah 2021 daripada 2020. Per kuartal empat 2021, rumah tipe menengah tumbuh 11,26%. Sementara itu, rumah tipe kecil dan yang besar terkoreksi.

"Kalau pun dari segi penjualan lesu, harganya terus naik. Rata-rata peningkatan nilai 10%-15% per tahun. Sektor properti akan terus menjadi primadona, mengingat fungsinya sebagai kebutuhan dasar," ucap dia.

Sementara itu, Arindra Mentari Putri menyampaikan sembilan perilaku generasi milenial menurut survei Alvara Research Center pada Januari 2018. Salah satu di antaranya, tidak harus memiliki. Artinya, selama bisa menyewa, memiliki barang bukanlan suatu keharusan bagi generasi milenial.

Padahal, properti bisa bermanfaat sebagai investasi, bukan hanya hunian. Tantangan generasi milenial, ucap Arindra, yakni fenomena Sandwich Generation. Definisi Sandwich Generation, yakni orang dewasa yang menanggung biaya dua generasi sekaligus, orang tua beserta anaknya.

Berinvestasi merupakan pilihan solusi menghindari dari Sandwich Generation. Apalagi, berdasarkan data, hanya 5,34% penduduk Indonesia yang sudah memiliki dana pensiun.

Arindra menyampaikan, terdapat sejumlah karakteristik pelaku investasi, yakni agresif, moderat, konservatif. Investasi properti bisa cocok dengan karakteristik-karakteristik tersebut.

"Teman terbaik investasi merupakan waktu. Lebih cepat berinvestasi, makin baik. Dalam berinvestasi, perlu juga memperhatikan angka return yang di atas inflasi," tutur dia.

Dia menyarankan pengaturan bujet, di antarnya menyimpanan untuk investasi. Sebanyak 40% dari penghasilan untuk kebutuhan prioritas, 30% cicilan produk-termasuk rumah, dan kendaraan-, 20% masa depan -mencakup dana darurat, investasi, asuransi-, dan 10% zakat maupun gerakan sosial.

Baca Juga: Harga Tanah di Wilayah Jakarta Timur Masih Terbilang Murah, Berikut Faktanya

Melebihi Target

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI