Suara.com - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung, membeberkan pemerintah tengah memuluskan rencana pembangunan pabrik Bioetanol di Merauke, Papua Selatan.
Ia menuturkan, pabrik Bioetanol ini akan memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Pemerintah pun mengebut rencana proyek tersebut.
"Jadi, yang ini dalam minggu ini kita lagi fokus untuk menyiapkan ini, pabrik biodiesel untuk kebutuhan di dalam negeri. Jadi, untuk biodiesel ini kita akan ada percepatan pembangunan, itu khususnya di Merauke, Papua Selatan," ujar Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (8/8/2025).
![Ilustrasi bioetanol. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/05/07/62779-ilustrasi-bioetanol-ist.jpg)
Pembangunan proyek tersebut, lanjutnya, ditargetkan bisa selesai pada tahun 2027. Saat ini, pemerintah juga tengah berbicara intens dengan pemangku kepentingan lain untuk mencapai target itu.
Sayangnya, Yuliot tak merinci nilai proyek dan siapa sosok yang akan menggarap proyek prestisius itu.
"Jadi, kita harapkan tahun 2027 sudah akan berproduksi biodiesel yang ada di Merauke, Papua Selatan. Jadi, ini kita lagi konsolidasikan," ucapnya.
Sebelumnya, Penggunaan bensin di era Pemerintahan Prabowo Subianto tampaknya tak akan digunakan lagi. Pasalnya, pemerintah berencana mengurangi ketergantungan pada impor minyak dan produk minyak untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) ke bioetanol.
Rencana ini diutarakan Luhut Binsar Pandjaitan dalam postingannya di akun Instagram pribadinya.
Luhut beralasan penggunaan bensin lebih banyak dampak negatifnya dibandingkan bioetanol yang jauh lebih ramah lingkungan.
Baca Juga: Siap-siap! Bahan Bakar B50 Siap Dipakai 2026
Menurut Luhut, bioetanol digunakan untuk mengurangi polusi dan memiliki kandungan sulfur yang jauh lebih rendah daripada bensin.
"Kita kan sekarang berencana ini mau mendorong segera bioetanol masuk menggantikan bensin. Supaya polusi udara ini juga bisa dikurangin cepat. Karena sulfur yang ini kan hampir 500 ppm. Kita mau sulfurnya itu 50 ppm," kata Luhut.