Data Ketenagakerjaan AS Menguat, Harga Emas Dunia Langsung Melorot

Senin, 06 Juni 2022 | 07:53 WIB
Data Ketenagakerjaan AS Menguat, Harga Emas Dunia Langsung Melorot
Ilustrasi emas.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Harga emas turun pada perdagangan akhir pekan lalu, tertekan oleh dolar AS yang lebih kuat dan data pekerjaan AS yang lebih baik dari perkiraan.

Mengutip CNBC, Senin (6/6/2022) harga emas di pasar spot turun 1 persen menjadi USD1,848.67 per ounce setelah sebelumnya jatuh ke USD1,846.4. Sedangkan harga emas berjangka AS turun 1,1 persen pada USD1,850.2.

Data menunjukkan pengusaha AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari yang diperkirakan pada bulan Mei dan mempertahankan laju kenaikan upah yang cukup kuat. Hal ini merupakan tanda-tanda kekuatan pasar tenaga kerja.

"Jika Federal Reserve melihat ekonomi terus tetap stabil di tengah upaya menaikkan suku bunganya, mereka mungkin merasa lebih berani untuk menaikkan suku bunga lebih cepat," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

Suku bunga AS yang lebih tinggi meningkatkan biaya peluang memegang emas, yang tidak dikenakan bunga, sambil meningkatkan dolar di mana emas batangan dihargai.

Presiden Federal Reserve Bank Cleveland Loretta Mester mengatakan pada hari Jumat bahwa dia sedang mencari bukti "menarik" bahwa inflasi telah mencapai puncaknya, dan jika belum, pertemuan Fed bulan September dapat melihat kenaikan suku bunga 50 bps.

Dolar naik tipis 0,3 persen sementara imbal hasil benchmark US Treasury 10-tahun AS mendekati level tertinggi dua minggu yang disentuh di awal sesi.

Harga emas mencatat penurunan 0,3 persen untuk pekan lalu, meskipun logam mencapai level tertinggi sejak 9 Mei di USD1,873,79 di awal sesi.

Prospek jangka menengah untuk emas adalah positif, kata Jigar Trivedi, analis komoditas di pialang Anand Rathi Shares yang berbasis di Mumbai.

Baca Juga: Emak-emak Pamer Gelang Emas Anti Mainstream, Netizen Sebut Mirip Sarung Tangan Thanos

"Pasar China telah dibuka kembali maka kami tidak mengesampingkan partisipasi ritel dan pasar mendiskon peristiwa kenaikan suku bunga Juni dan Juli," tambah Trivedi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI