Menkeu: Kami Tidak Bahas Usulan AS Terkait Pengenaan Pagu Harga Minyak Rusia

Chandra Iswinarno Suara.Com
Minggu, 17 Juli 2022 | 00:30 WIB
Menkeu: Kami Tidak Bahas Usulan AS Terkait Pengenaan Pagu Harga Minyak Rusia
Menkeu Sri Mulyani Indrawati (kanan) dan Gubernur BI Perry Warjiyo (kiri) menyampaikan keterangan saat konferensi pers hasil 3rd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) G20 di Nusa Dua, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022). Pertemuan FMCBG Ke-3 berhasil menyepakati sejumlah inisiatif dan kesepakatan terkait persoalan keuangan dunia. [ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/Pool/wsj]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Usulan Amerika Serikat (AS) mengenai pengenaan pagu harga (price cap) minyak dari Rusia dipastikan tidak dibahas dalam pertemuan ke-3 FMCBG di Bali pada Jumat-Sabtu (15-16/7/2022).

Kepastian tersebut disampaikan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.

"Kami tidak membahas (isu) usulan Amerika Serikat terkait dengan pengenaan pagu harga (minyak Rusia)," katanya seperti dikutip Antara setelah menyampaikan hasil pertemuan ke-3 FMCBG di BNDCC, Badung, Bali, Sabtu (16/7/2022).

Ia mengemukakan, situasinya kemungkinan berbeda pada pertemuan-pertemuan bilateral. Namun, dia menegaskan selama pertemuan ke-3 Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 usulan AS itu tidak menjadi bahan diskusi anggota G20.

Saat menyampaikan hasil pertemuan ke-3 FMCBG bersama Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Sri Mulyani menyebut agenda utama Finance Track G20 fokus membahas tujuh agenda prioritas usulan Indonesia.

Tujuh agenda prioritas itu mencakup situasi dan risiko perekonomian global, kesehatan global, arsitektur keuangan internasional, isu-isu sektor keuangan, keuangan yang berkelanjutan, infrastruktur, dan perpajakan internasional.

Dalam pembahasan mengenai situasi dan risiko perekonomian global, para menteri keuangan G20 membahas di antaranya dampak perang/agresi Rusia di Ukraina yang dapat memicu krisis energi, krisis pangan, dan krisis keuangan.

Namun, diskusi terkait dengan ancaman krisis tidak terpusat pada perdebatan mengenai agresi. Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menjelaskan, pertemuan itu fokus membahas kerja sama dan kolaborasi yang dapat dibentuk anggota G20 untuk mengatasi berbagai ancaman krisis tersebut.

Dikatakan oleh Sri Mulyani bahwa G20 harus ditempatkan sebagai forum kerja sama ekonomi terbesar dunia yang punya sejarah panjang selesaikan berbagai persoalan global.

Baca Juga: Uni Eropa Resmi Larang Ekspor Minyak Rusia, Harga Minyak Dunia Langsung Naik

"Seluruh anggota G20 juga sepakat meneruskan dan mempertahankan kerja sama yang ada dengan semangat multilateralisme,” kata dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI