Program Sagunesia Mencoba Jawab Tantangan Krisis Pangan Dunia

Iwan Supriyatna Suara.Com
Selasa, 26 Juli 2022 | 13:34 WIB
Program Sagunesia Mencoba Jawab Tantangan Krisis Pangan Dunia
Kementerian Pertanian melalui program unggulan Ditjen Perkebunan yaitu Sagunesia “Sagu untuk Indonesia”, menjawab tantangan krisis pangan dunia.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Menurut, Dwi Asmono, selaku Praktisi Pelaku Usaha, Sampoerna Agro Tbk, mengembangkan potensi sagu membutuhkan waktu yang tidak sebentar, konsep pendanaan atau pembiayaan jangka panjang dan komitmen yang kuat. Melihat kondisi pasar dalam negeri maka diperlukan upaya bagaimana meningkatkan kualitas produk pati dan mendorong ekspor dan regulasi sebagai insentif bagi pelaku usaha sagu.

Pada kesempatan yang sama, Prof Agnes Rampisela, selaku Pakar Sagu serta Dosen Universitas Hasanuddin, menyampaikan terkait pengembangan gula cair sagu, pihaknya fokus bagaimana mendorong sagu kering, pembibitan dan demo atau pembinaan terkait industri gula cair dari sagu.

“Sagu masyarakat meranti riau, 80% sagu diolah untuk pembuatan mie soun. Perlu meningkatkan packaging atau kemasan mie soun. Selain itu juga sudah ada pabrik mie gelas sagu di bangka. Dalam pengembangan sagu perlunya dukungan mesin pengolahan sagu yang tepat sehingga kualitas hasil olahan bisa lebih baik serta didukung kemasan yang menarik di pasar global,” ujar Utama Kajo dari Masyarakat Sagu Indonesia.

Charles, Pelaku Usaha Sagu dari Sagolicious, menyampaikan dirasa sangat perlu mempertimbangkan konsistensi atau keberlanjutan supplai sagu secara rutin.

Sebagai salah satu contoh ada penawaran dari perusahaan Jepang yang sangat tertarik dengan sagu Indonesia, khususnya untuk bahan baku yang akan diolah menjadi bakso, untuk itu ketersediaan atau supplai bahan baku sangat penting dan harus jelas serta terjamin ada.

Ia berharap agar pemerintah memperhatikan infrastruktur, contohnya infrastruktur dipapua perlu ditingkatkan untuk mengurangi biaya distribusi dan lainnya. Selain itu perlunya menaikkan awareness masyarakat terhadap sagu, baik di fasilitas umum atau lokasi tertentu seperti bandara, pameran, dan lainnya.

Prayoga suryadarma dari tim IPB menyampaikan, pengembangan sagu perlu pengembangan model agroindustri sagu berkelanjutan.

"Konsep pengembangan Sagunesia perlu diperkuat kembali melalui sinergi dengan pemerintah daerah dan kementerian/lembaga lainnya. Terkait lahan, sagu perlu dimasukan ke dalam UU No. 41 tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan, karena sagu termasuk komoditas pertanian yang perlu dilindungi. Masing-masing provinsi memiliki adat yang berbeda, maka sebaiknya korporasi petani dapat dimodifikasi sesuai budaya adat didaerahnya, sehingga keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sagu bisa lebih kuat. Terkait infrastruktur/sarana prasarana baik akses jalan dan ketersediaan listrik perlu juga ditindaklanjuti untuk mendukung pengembangan sagu," ujar Muhammad Rizal Ismail, selaku Kepala BBPPTP Ambon.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan diketahui bahwa, potensi lahan sagu seluas 5.5 juta ha yang tersebar di sentra produksi sagu nasional diantaranya Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

Baca Juga: Mentan Ajak Petani Perbanyak Penggunaan Pupuk Organik

Dalam penguatan pengembangan sagu, salah satunya penguatan hilirisasi atau pemasarannya, perlunya skema kemitraan dan penguatan kelembagaan agar lebih kuat, serta menjaga kepastian pasar dan harga.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI