Suara.com - Harga emas dunia kembali bergerak melemah pada perdagangan hari Kamis, di bawah tekanan dari penguatan dolar meski kerugiannya dibatasi penurunan imbal hasil Treasury.
Sementara itu investor mencari lebih banyak petunjuk ekonomi yang dapat mempengaruhi kenaikan suku bunga.
Mengutip CNBC, Jumat (19/8/2022) harga emas di pasar spot turun 0,2 persen menjadi USD1.758,42 per ounce, setelah tergelincir ke posisi USD1.759,17 pada sesi Rabu, level terendah sejak 3 Agustus.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat menyusut 0,3 persen menjadi USD1.771,2 per ounce.
Investor terus mencerna risalah dari pertemuan Juli Federal Reserve yang dirilis Rabu.
Risalah tersebut menunjukkan lebih banyak kenaikan suku bunga sedang dalam proses, tetapi juga mengisyaratkan pejabat Fed mulai lebih eksplisit mengakui risiko bahwa mereka mungkin melangkah terlalu jauh dan mengekang aktivitas ekonomi.
Analis TD Securities, Daniel Ghali, mengatakan imbal hasil US Treasury yang lebih rendah dapat mendorong kenaikan marjinal pada emas yang tidak memberikan bunga, dengan kenaikan suku bunga sebagian besar telah diperhitungkan.
"Tetapi The Fed dapat menolak gagasan bahwa siklus kenaikan suku bunga mungkin akan berakhir pada Simposium Jackson Hole, karena terlalu dini untuk menyatakan kemenangan melawan inflasi," papar Ghali.
Dolar mencapai level tertinggi tiga pekan, membuat emas yang dihargai dalam greenback jauh lebih mahal bagi pembeli mata uang lain.
Baca Juga: Harga Emas Merosot Lagi
"Dengan asumsi The Fed akan melawan inflasi tanpa mendorong ekonomi ke dalam resesi, permintaan safe-haven akan memudar lebih lanjut, menyebabkan emas bergerak secara bertahap lebih rendah pada jangka menengah hingga jangka panjang," kata Carsten Menke, Kepala Riset Julius Baer.