Suara.com - Jelang pameran industri pangan berbasis pertanian, Agri-Food Tech Expo Asia (AFTEA), yang akan digelar pada 26-28 Oktober 2022 di Singapura, Constellar selaku penyelenggara AFTEA menggelar roadshow di Jakarta dengan mengusung tema “Ag-Volution For The Future”.
Roadshow bertujuan menginspirasi perusahaan, investor, petani kecil, pengusaha, dan lulusan muda di Asia agar dapat bergabung dalam gerakan mengubah industri pertanian daerah dengan teknologi dan inovasi.
Agri-Food Tech Expo Asia (AFTEA) terselenggara berkat kerjasama Constellar dengan mitra internasional seperti DLG (Deutsche Landwirtschafts-Gesellschaft/ the German Agricultural Society) dan SIAW (Singapore International Agri-Food Week).
Dengan semakin rentannya negara terhadap masalah ketahanan pangan, model pertanian saat ini tidak lagi memenuhi kebutuhan, baik dalam ketahanan pangan itu sendiri maupun pembangunan pertanian berkelanjutan pada masa mendatang.
Ada kebutuhan kritis bagi wilayah-wilayah untuk bersatu dan mempercepat langkah dalam mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi dan inovasi untuk meningkatkan kualitas, efisiensi, hasil proses dan produk pertanian.
“Membangun kesadaran adalah langkah pertama yang penting untuk memahami tantangan industri saat ini sebelum mencari solusi untuk mengatasinya. Sebagai satu-satunya pameran dagang di sektor teknologi pangan berbasis pertanian, kami mempertemukan pakar-pakar industri dalam rangkaian roadshow regional untuk mengungkap masalah industri saat ini dan meningkatkan kesadaran peserta akan kebutuhan mendesak dalam memperkuat teknologi pangan berbasis pertanian, dan rantai pasok produksi makanan,” ungkap James Boey, Senior Vice President, Markets, Constellar.
Roadshow membahas tentang masa depan pangan berbasis pertanian khususnya di Indonesia, salah satunya transformasi industri pangan berbasis pertanian yang sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024.
Selain itu, acara ini juga digelar sebagai ajang untuk mendukung start-up teknologi pangan berbasis pertanian dalam negeri, dan memperkuat ekosistem bisnis untuk mendukung inisiatif pangan berbasis pertanian yang berkelanjutan.
Rangkaian roadshow regional ini dimulai dari Kuala Lumpur, kemudian Jakarta, diikuti Bangkok. Para pelaku industri, pakar industri, pemimpin bisnis, dan pemangku kepentingan khususnya di industri pangan berbasis pertanian bertemu untuk mendapatkan wawasan tentang tantangan industri yang sedang dihadapi saat ini.
Baca Juga: Makin Menyusut, Lahan Persawahan di Kota Yogyakarta Hanya Tersisa 50 Hektare
Wawasan ini tentunya juga akan bermanfaat bagi peserta untuk dapat membuat keputusan yang tepat saat mengeksplorasi solusi dan kolaborasi di AFTEA bulan Oktober.
Jajaran pembicara yang hadir di roadshow AFTEA Jakarta antara lain Bapak Putu Juli Ardika, Direktur Jenderal Industri Berbasis Agro, Kementerian Perindustrian; Insan Syafaat, Executive Director, PISAgro; Adhi S. Lukman, Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI); Bonnie Susilo, Co-founder dan Chief Revenue Officer dari PT Ultima Rasa Akselerasi; Dr. Iwan Winardi, Managing Director, PT Fruit-ING Indonesia, dan pembicara lainnya.
Menurut Ketua GAPMMI Bapak Adhi S. Lukman, Indonesia harus menjadikan industri berbasis pertanian menjadi prioritas sebab hasil pertanian sangat berlimpah di Indonesia. Sektor tersebut juga memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pemulihan ekonomi Indonesia, menciptakan lapangan kerja, dan memastikan ketersediaan pangan dengan harga yang stabil.
Selain itu, industri pangan olahan juga sangat bergantung pada sektor ini untuk memenuhi kebutuhan bahan baku produksinya, bahkan sebagian masih impor.
Industri pangan olahan masih mencatatkan pertumbuhan positif pada tahun 2021 yakni sebesar 2.54 persen. Data BPS mengungkapkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga konstan (ADHK) sektor pangan olahan pada tahun 2021 sebesar Rp 775,1 triliun, meningkat 2,54% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy).
“Maka pameran AFTEA menjadi penting bagi industri pangan Indonesia untuk melihat perkembangan teknologi pertanian, serta saling berdiskusi dengan mitra untuk mendukung pertumbuhan industry. Apalagi juga dikaitkan dengan penerapan teknologi IR 4.0 yang semakin dibutuhkan dalam mengintegrasikan dari hulu ke hilir, serta untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas serta konektivitas satu sama lain,” ujar Adhi S. Lukman.