Suara.com - Harga emas kembali tergelincir dari level tertinggi satu minggu pada perdagangan Selasa, karena dolar dan imbal hasil Treasury melesat di tengah ekspektasi pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh bank sentral.
Mengutip CNBC, Rabu (7/9/2022) harga emas di pasar spot turun 0,6 persen menjadi USD1.699,70 per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 30 Agustus di USD1.726,49.
Sementara itu, emas berjangka Amerika Serikat ditutup melemah 0,6 persen menjadi USD1.712,9 per ounce.
Fokus minggu ini tertuju pada pertemuan Bank Sentral Eropa, Kamis, yang diprediksi memberikan kenaikan suku bunga 75 basis poin.
Fed fund futures kini memperkirakan peluang 73 persen untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin oleh Federal Reserve pada pertemuan kebijakan 20-21 September.
"Beberapa kekuatan menekan pasar, yang semuanya berkaitan dengan prospek kebijakan moneter di seluruh dunia selama tahun depan," kata Daniel Ghali, analis TD Securities.
Dolar melonjak ke level tertinggi dua dekade setelah data menunjukkan industri jasa Amerika naik lagi pada Agustus, membuat emas lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun melesat ke level tertinggi sejak Juni di tengah ekspektasi bahwa The Fed akan terus menaikkan suku bunga.
Imbal hasil yang lebih tinggi meningkatkan opportunity cost memegang emas yang tidak memberikan bunga.
Baca Juga: Self Reward, Wanita Ini Beli Perhiasan Emas Pakai Uang Koin
"Emas terseret lebih rendah oleh dolar dan imbal hasil obligasi yang meningkat. Dalam lingkungan ini dengan dua pasar tersebut melakukan apa yang mereka lakukan, cukup sulit bagi emas untuk mempertahankan reli apapun," kata Bob Haberkorn, analis RJO Futures.