Suara.com - PT Kilang Pertamina Internasional (KP) sebagai Subholding Refining & Petrochemical Pertamina memiliki misi menjadi perusahaan kilang dan petrokimia kelas dunia dan diakui sebagai environmentally friendly company, societal responsible company, dan good governance company.
Melalui penerapan Economic, Social & Governance (ESG), KPI berkomitmen untuk menjalankan usaha dengan memberikan perhatian terhadap keberlanjutan lingkungan.
Saat ini KPI menyiapkan 13 inisiatif ESG untuk diimplementasikan pada 2023. Inisiatif ESG yang disiapkan KPI antara lain sistemisasi program keanekaragaman hayati, Beyond PROPER (waste and water), revitalisasi proses safety management hingga ESG Financing.
Ganda Putra Simatupang, Vice President Health Safety Security Environment (HSSE) KPI, mengatakan KPI menyiapkan strategi dan inisiatif ESG yang berfokus pada 10 sustainability yang sejalan dengan SDGs. KPI sudah membuat grand plan proses bisnis hingga 2060 yang terkait emisi nol atau Net Zero Emmission (NZE).
“Ini akan tercermin dalam inisiatif program ESG yang kami terapkan,” kata Ganda dalam webinar bertajuk Challenges of Managing Environmental, Social and Governance Issues in the Refinery Industry yang digelar Energy and Mining Editor Society (E2S) secara virtual.
Selain Ganda, pembicara yang tampil pada webinar tersebut adalah Senior Vice President Corporate Finance PT Pertamina (Persero) Bagus Agung Rahadiansyah; pegiat ESG Jalal; dan Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro.
Ganda mengatakan peta jalan NZE yang dilakukan KPI melalui upaya meningkatkan valuasi produk, salah satunya dengan produk-produk ramah lingkungan (green product). Tak hanya melalui produk baru, KPI juga terus melakukan terobosan-terobosan, seperti mencoba teknologi baru hingga new mindset.
“KPI akan bermetamorfosis menuju sustainability. Bisnis holding Pertamina nanti yang ajan jadi carbon credit. Holding yang akan menjadi lead-nya kita,” katanya.
Kesepuluh sustainability yang dijalankan KPI adalah adalah mengatasi perubahan iklim; mengurangi environmental footprint; melindungi keanekaragaman hayati (biodiversity); health and safety; dan pencegahan major accidents. Selain itu adalah perekrutan, pengembangan dan retensi karyawan; inovasi; community engagement and impact; keamanan siber; dan etika korporasi.
Baca Juga: Pertamina Corporate University Kejar Kompetensi HSSE Melalui Inovasi HTCW 2022
Ganda menambahkan investor selalu mempertanyakan kinerja perusahaan terkait health and safety. Untuk itu, KPI sudah melakukan perbaikan signifikan dan cukup drastis.
“Terkait major accident, yang menjadi momok besar ada di kilang karena itu jadi fokus dalam ESG. Sementara terkait recruting masing-masing ada KPI-nya,” ungkap dia.
Operasi dan bisnis KPI, lanjut Ganda, menyesuaikan dengan rencana dan target ESG Pertamina. KPI menjadikan implementasi ESG bukan sekadar aksesoris ataupun gimmick. ESG apabila tidak dilakukan dengan afirmative action dan policy pada masa mendatang akan menjadi potensi risiko untuk reputasi perusahaan maupun aspek finansial.
“Dua risiko itu harus dimitigasi dengan cermat karena pembangunan kilang yang membutuhkan investasi yang jumbo membutuhkan pendanaan dari market atau strategic investor. Tanpa reputasi yang baik perusahaan akan kesulitan menarik investasi,” kata Ganda.
Jalal, Praktisi ESG dan Dewan Pengurus Institute of Certified Sustainability Practitioners (ICRP), mengatakan puncak dari implementasi ESG adalah pembiayaan. Jika tidak dapat keputusan pembiayaan, tentu tidak dapat keuntungan, tentunya bukan ESG.
“Jadi perlu memperhatikan selera pasar, modal ada dimana. Kalau Pertamina mau mencari pembiayaan, yang penting diperhatikan adalah yang mempunyai uang lebih memperhatikan yang mana. Perusahaan yang mau ber-ESG harus mempunyai fokus,” ungkap Jalal.