“Beruntung para dosen mau sedikit memperlambat tempo perkuliahan agar setiap mahasiswa memahami materi yang dia sampaikan,” tuturnya.
Di sisi lain, Arthur pun mengimbanginya dengan meningkatkan kemampuannya dalam berbahasa Inggris. Dengan cara seperti, akhirnya dia pun mampu mampu berbahasa Inggris. Kini Arthur adalah Assistant Professor Sam Houston State University, Amerika Serikat.
Fenomena yang sama juga dialami Ronald Do Thanh Tung, mahasiswa asal Vietnam, yang kuliah di Program Studi Teknologi Informasi. Ronald juga tertarik datang ke Presuniv karena sistem perkuliahannya yang menggunakan bahasa Inggris.
“Kalau bicara pengetahuan dalam bidang komputasi, saya sudah bisa melakukan pemrograman. Jadi, yang paling saya butuhkan adalah kemampuan berbahasa Inggris.” ucapnya.
Mengikuti perkuliahan dalam bahasa Inggris menjadi tantangan Ronald, juga mahasiswa asing dari berbagai negara lainnya. Bahkan bagi sebagian mahasiswa Indonesia. Ketika kuliah di Presuniv, Ronald betul-betul bekerja keras untuk bisa berbahasa Inggris. Setiap hari dia menghapal kosa kata baru dalam bahasa Inggris.
“Setelah selama satu semester saya belajar bahasa Inggris secara mandiri, tiba-tiba saja saya menjadi mengerti semua materi yang disampaikan oleh dosen. Semula saya merasa aneh. Tapi, akhirnya saya sadar bahwa rupanya saya sudah mengerti berbahasa Inggris,” tutur Ronald.
Setelah lulus dari Presuniv, Ronald sempat berkarier sebagai profesional. Kini, ia sudah memiliki bisnis sendiri di Vietnam.
Menurut Rektor Presuniv Prof. Dr. Chairy, kemampuan berbahasa Inggris adalah kemampuan paling mendasar yang harus dikuasai oleh setiap mahasiswa yang ingin kuliah di Presuniv.
“Ini karena sejak awal Presuniv sudah mencanangkan diri sebagai international university,” tegas Chairy.
Baca Juga: Ijazah Dipertanyakan, Rekam Jejak Akademis Gibran Rakabuming Raka Ternyata Tak Main-main!
Meski begitu ketika bergabung dengan Presuniv, ungkap Chairy, ada saja mahasiswa asing maupun asal Indonesia yang masih kurang fasih dalam berbahasa Inggris.