“Minat investor dalam penjatahan terpusat atau pooling tranche sangat tinggi. Itu sebabnya terjadi kelebihan permintaan atau oversubscription terhadap saham Cinema XXI hingga 25,7 kali. Oleh karena itu, pooling allocation mengalami peningkatan dari 2,5% menjadi 12,5% dari seluruh jumlah saham yang ditawarkan dalam IPO Cinema XXI sebagai dampak dari oversubscription tersebut,” ujar Oki Ramadhana.
“Kami menyambut baik dan mengapresiasi respon positif dari para investor. Pendanaan yang diperoleh dari IPO akan memperkuat permodalan dan mendukung perluasan jejaring bioskop Cinema XXI. Selain itu, IPO akan menjadi momentum bagi Cinema XXI untuk menjadi perusahaan publik dengan Tata Kelola Perusahaan (GCG) yang baik dan meneguhkan komitmen kami terhadap Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (ESG), termasuk mengokohkan komitmen kami dalam mengembangkan industri film Tanah Air,” tambah Hans.
Kinerja Keuangan Perseroan yang Solid Selama lebih dari tiga dekade, komitmen dan kerjasama keluarga besar Cinema XXI menjadi kunci dalam mengatasi berbagai tantangan, termasuk pandemi Covid-19. Kerja keras dan komitmen tersebut telah membawa pemulihan pendapatan yang kuat menuju level sebelum Covid-19.
Cinema XXI membukukan pendapatan sebesar Rp4,40 triliun pada tahun 2022 atau setara dengan 64% perolehan pendapatan pada 2019 sebesar Rp6,89 triliun, sementara Cinema XXI baru kembali beroperasi dengan kapasitas penuh pada Mei 2022.
Pada kuartal pertama 2023, pendapatan Cinema XXI meningkat sebesar Rp247,6 miliar atau 39,0%, menjadi Rp883,2 miliar dari sebelumnya sebesar Rp635,6 miliar untuk periode yang sama tahun 2022.
Peningkatan tersebut disebabkan oleh kenaikan pendapatan yang dihasilkan oleh kegiatan usaha bioskop, makanan dan minuman, iklan dan kegiatan usaha lainnya.