Sang Presiden juga turut membeberkan prestasi Indonesia sebagai negara kuat di Asia Tenggara.
"Indonesia memiliki potensi tinggi sebagai tujuan investasi dengan kekayaan sumber daya alam, bonus demografi, pasar yang besar, stabilitas ekonomi dan politik yang terjaga," ujarnya.
Meski sudah melakukan promosi dimana-mana, tapi sayangnya hingga sampai saat ini tidak ada satu pun investor yang benar-benar menyuntikkan modal ke proyek ambisius itu.
Otorita IKN telah menerima 250 calon investor yang menyatakan minat berinvestasi di IKN lewat letter of intent/LoI. Namun demikian, LoI itu bersifat tidak mengikat suatu kerja sama usaha.
"Cukup banyak ya, lebih dari 250 Letter of intent (LOI) jumlah negaranya (yang berinvestasi) bergerak, terakhir saya lihat kira-kira 17 negara mungkin sekarang sudah 19 ya. Komunikasi aktif ya dengan semua yang benar-benar masuk non disclosure agreement," ungkap Kepala Otorita Ibu Kota Negara (OIKN) Bambang Susantono.
Bambang sendiri sudah memberikan data terkait IKN bagi mereka para investor yang telah menyampaikan LOI-nya untuk melakukan possibility Studies atau perencanaan bisnis.
Bambang mengatakan, sebagian besar investor ini berasal dari Singapura, Korea Selatan, negara-negara Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, dan China.
Masih minimnya ketertarikan investor untuk masuk ke IKN juga jadi sorotoan sejumlah media asing. Salah satunya media asal Amerika Serikat (AS) Bloomberg.
Dalam laporannya bertajuk "Ambitious Plans to Build Indonesia a Brand New Capital City Are Falling Apart" pada akhir tahun lalu itu menyoroti masa depan nasib proyek IKN setelah Jokowi lengser pada 2024 mendatang.
Baca Juga: Canggih, Jalan Tol di IKN Bisa Sebagai Runway Pesawat
Apalagi setelah 3 tahun proyek ini diumumkan belum ada satu pun investor yang tertarik untuk ikut serta.
Tak hanya itu, Bloomberg juga menyindir bagaimana brosur IKN Nusantara tampak menarik, tetapi pembiayaannya masih tidak jelas.
"Apa yang tidak mereka tunjukkan dengan jelas adalah di mana Indonesia akan menemukan US$ 34 miliar untuk membangun ibu kota baru dari awal," tulis Bloomberg dalam laporannya.
Hal lainnya yang disorot Bloomberg adalah periode Presiden Jokowi yang hanya tinggal 18 bulan saja. Setelah tiga tahun proyek IKN diumumkan, tak ada satu pun investor yang sepenuhnya berkomitmen untuk membiayai proyek ini.
Pada 2 Desember 2022, Presiden Jokowi berkata ada permintaan tinggi investasi di IKN, namun Bloomberg mencatat bahwa belum jelas apakah ada kontrak mengikat yang telah ditandatangani.
Sejumlah perusahaan dari China, Korea Selatan, Malaysia, dan Uni Emirat Arab baru menandatangani letter of intent.