Umumnya, warga membangun biodigester dengan volume 6 meter kubik dan 8 meter kubik.
"Kalau volumenya 6 meter kubik, biogas bisa dimanfaatkan untuk satu rumah dengan anggota keluarga sebanyak 1-6 orang. Sementara yang 8 meter kubik, bisa untuk dua rumah," katanya.
Untuk pengisian awal, dia mengatakan dibutuhkan lebih banyak kotoran sapi agar bisa menghasilkan gas.
Itu pun biogas tidak akan langsung keluar, baru berupa embun air dan hal tersebut wajar. Dua atau tiga hari kemudian, barulah biogas keluar dan bisa segera dimanfaatkan.
“Pada tahap awal, api yang keluar akan dibarengi dengan bau, tapi hal itu tidak berlangsung lama. Setelah itu, bisa terus dapat dipakai," ucapnya.
Dia menyarankan agar biodigester diisi setiap hari untuk menghindari pengendapan dan biogas dapat digunakan setiap saat.
"Sebaiknya memang diisi setiap hari, semisal telat satu atau dua hari nggak masalah. Namun, kalau lama nggak diisi, kotoran akan mengendap. Mau tidak mau, kotoran harus diencerkan dan dikuras secara manual," ungkapnya.
Menurutnya, keluarga yang memiliki dua hingga tiga ekor sapi, bisa menghasilkan biogas untuk keperluan memasak selama satu bulan.
“Artinya, keluarga itu bisa menghemat sekitar dua hingga tiga tabung elpiji ukuran tiga kilogram,” jelasnya.
Baca Juga: Eks Anggota DPRD Sumut Pengoplos Gas Subsidi Ditangkap, Ternyata Bacaleg dari Golkar
Selain menghemat pengeluaran keluarga, dia mengemukakan pemanfaatan biogas sebagai pengganti elpiji tersebut juga sebagai solusi untuk penanganan limbah, khususnya kotoran sapi.