Suara.com - Jagat Twitter saat ini dihebohkan dengan fenomena “pengemis” yang meminta donasi lewat akun media sosial. Alasannya pun beragam, namun secara umum uang itu mereka butuhkan untuk mengobati kerabat yang sakit.
Padahal, alasan itu bisa saja dibuat – buat. Itulah sebabnya, sebaiknya kita tidak sembarangan memberi donasi di media sosial. Meski ada indikasi kebohongan, pendapatan para pengemis ini pun bisa dibilang fantastis.
Salah satu yang bikin heboh adalah akun Singgih Sahara. Dia disebut – sebut mengumpulkan donasi lewat platform Kitabisa.com hingga memperoleh Rp48 juta. Namun kini dia mengaku masih membutuhkan tambahan Rp2 juta.
Dalam aksi meminta donasi, Singgih menyebut dirinya baru mengalami pemutusan hubungan kerja sehingga tidak bisa melunasi tunggakan BPJS. Padahal, Singgih juga harus membayar biaya berobat anggota keluarganya. Namun, pernyataan Singgih tak dipercaya sebagian netizen.
Bagi Anda yang bingung apakah orang – orang seperti Singgih layak diberi donasi atau tidak, berikut adalah lima alasan sebaiknya tidak sembarangan memberi donasi di media sosial.
1. Ketidakpastian Keaslian Kasus
Media sosial seringkali menjadi platform di mana orang bisa memanipulasi informasi atau menyajikan cerita dengan cara yang membuatnya terdengar lebih tragis daripada yang sebenarnya. Tanpa verifikasi yang memadai, sulit untuk memastikan bahwa seseorang benar-benar membutuhkan bantuan atau hanya memanfaatkan kebaikan hati orang lain untuk keuntungan pribadi.
2. Potensi Penipuan
Banyaknya kasus penipuan yang melibatkan penggalangan dana di media sosial menunjukkan bahwa tidak semua cerita yang terdengar menyedihkan adalah benar. Orang-orang yang tidak jujur dapat memanfaatkan empati orang lain untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak jujur.
3. Keterbatasan Finansial