Nasib Saham Sritex 'Mati Suri', Raksasa Tekstil Indonesia Terpuruk Utang Menggunung, Berapa Harganya?

Rifan Aditya Suara.Com
Minggu, 23 Juni 2024 | 06:43 WIB
Nasib Saham Sritex 'Mati Suri', Raksasa Tekstil Indonesia Terpuruk Utang Menggunung, Berapa Harganya?
Sritex (YouTube/Halo Sritex) - Nasib Saham Sritex 'Mati Suri', Raksasa Tekstil Indonesia Terpuruk Utang Menggunung, Berapa Harganya?

Suara.com - Raksasa tekstil Indonesia, PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex SRIL) mulai meredup di tengah tumpukan utang yang menggunung. Selain utang yang menumpuk, perdagangan saham Sritex juga telah dihentikan. Nasib saham Sritex pun terancam delisting.

PT Sri Rejeki Isman diketahui sudah sejak bertahun-tahun lalu mengalami masalah keuangan. Pada September tahun 2023, ekuitas perusahaan berada pada kondisi negatif yang menandakan defisit modal dan kondisi perusahaan sedang kritis. Tercatat Utang Sritex mencapai US$1,54 miliar atau setara dengan Rp24,3 triliun.

Utang 'Jumbo' Sritex

Jumlah utang Sritex didominasi oleh utang-utang yang mempunyai bunga seperti utang bank dan juga obligasi. Secara lebih rinci utang bank dan obligasi Sritex antara lain yaitu:

• Utang bank jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu tahun dengan total US$13,06 juta atau Rp203,67 miliar.

• Utang jangka dengan jatuh tempo kurang dari setahun senilai US$5 juta atau setara Rp78 miliar.

• Utang bank dan obligasi jangka panjang dengan jumlah US$1,33 miliar atau Rp20,57 triliun.

• Utang bank dan obligasi sejumlah US$992 juta atau Rp15,49 triliun.

• Surat utang jangka menengah adalah US$14,58 juta atau Rp227,5 miliar.

• Total obligasi senilai US$368,25 miliar atau sama dengan Rp5,744 triliun.

Baca Juga: 4 Faktor Penyebab Sritex Terancam Bangkrut, Dulu Dipercaya NATO, Mampukah Bangkit dari Keterpurukan?

Total utang tersebut sama dengan 86,88% dari total liabilitas yang dimiliki Sritex per September 2023. Di aman utangnya didominasi masa jatuh tempo dalam jangka panjang. Utang jangka panjang sendiri merupakan utang bernilai mahal karena harus bayarkan jangka waktu yang lebih lama.

Sebagai informasi, utang bank dan obligasi menyebabkan tumbuhnya bunga yang harus di bayar selain jumlah pokok pinjaman. Implikasinya menhakibatkan beban bunga akan menggerus pendapatan sehingga membuat kinerja profitabilitas melemah hingga memburuk.

Utang yang menumpuk ini membuat Sritex mengalami masalah serius. Jumlah utang bank dan obligasi yang dimilikinya jauh lebih tinggi dari jumlah aset yang hanya senilai US$653,51 juta (Rp10,33 triliun), sehingga perusahaan ini mengalami defisit modal.

Penurunan drastis hasil produksi Sritex ini dipicu oleh beberapa faktor, antara lain seperti pandemi Covid-19 yang menghantam industri tekstil secara global. Persaingan ketat yang terjadi di pasar internasional dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sangat mempengaruhi kondisi keuangan perusahaan.

Nasib Saham Sritex

Perdagangan saham SRIL telah dihentikan sejak 18 Mei 2021 lalu. Itu artinya pada Juni 2024 ini telah memasuki bulan ke-37. Sementara menurut situs resmi perusahaan, laporan keuangan terakhir yang dilaporkan yaitu pada bulan September 2022.

BEI menjelaskan, bursa bisa menghapus pencatatan saham perusahaan yang tercatat jika mengalami kondisi, atau peristiwa, yang secara signifikan akan berpengaruh negatif terhadap kelangsungan sehuah usaha, baik itu secara finansial maupun secara hukum.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI