Ancaman Nuklir Semenanjung Korea dan Peran Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Dunia

M Nurhadi Suara.Com
Sabtu, 14 September 2024 | 09:30 WIB
Ancaman Nuklir Semenanjung Korea dan Peran Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Dunia
Gambar yang diambil pada tanggal 30 Mei 2024 dan dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara melalui KNS pada tanggal 31 Mei 2024 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menyaksikan uji coba salvo artileri roket super besar 600mm, di lokasi yang belum dikonfirmasi di Korea Utara. [KCNA VIA KNS/AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Gambar yang diambil pada tanggal 30 Mei 2024 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara melalui KNS pada tanggal 31 Mei 2024 menunjukkan uji coba salvo artileri roket super besar 600mm, di lokasi yang belum dikonfirmasi di Korea Utara. [KCNA VIA KNS/AFP]
Gambar yang diambil pada tanggal 30 Mei 2024 dan dirilis dari Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara melalui KNS pada tanggal 31 Mei 2024 menunjukkan uji coba salvo artileri roket super besar 600mm, di lokasi yang belum dikonfirmasi di Korea Utara. [KCNA VIA KNS/AFP]

Potensi konflik nuklir di Semenanjung Korea adalah ancaman signifikan bagi perdamaian dunia. Dalam sejarahnya, penggunaan senjata nuklir hanya terjadi dua kali, yakni di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Sejak saat itu, komunitas internasional berupaya keras untuk mencegah penggunaan senjata nuklir. Sejarawan Margaret MacMillan menyoroti bahwa konflik nuklir tidak hanya akan menyebabkan korban jiwa yang masif, tetapi juga menimbulkan efek lingkungan berkepanjangan, menghancurkan ekosistem, dan merusak struktur sosial.

Keterlibatan negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Cina, dan Rusia dalam konflik ini juga berpotensi memperumit situasi dan meningkatkan risiko eskalasi lebih lanjut. Persaingan geopolitik antara negara-negara besar ini, jika tidak dikelola dengan baik, bisa mengarah pada perang dunia ketiga yang bersifat nuklir. Karena itu, ancaman nuklir di Semenanjung Korea tidak bisa dianggap remeh.

Kebijakan luar negeri Indonesia perlu mempertimbangkan dinamika geopolitik ini dan mengambil sikap yang seimbang antara kepentingan nasional dan komitmen internasional terhadap perdamaian.

Sebagai catatan, ketiganya adalah negara-negara yang memiliki senjata nuklir, selain Prancis, Inggris Raya, Pakistan, India dan Israel.

Gambar yang diambil pada tanggal 30 Mei 2024 dan dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara melalui KNS pada tanggal 31 Mei 2024 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kedua kiri) saat menghadiri uji coba salvo artileri roket super besar 600mm, di lokasi yang belum dikonfirmasi di Korea Utara. [KCNA VIA KNS/AFP]
Gambar yang diambil pada tanggal 30 Mei 2024 dan dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) resmi Korea Utara melalui KNS pada tanggal 31 Mei 2024 menunjukkan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un (kedua kiri) saat menghadiri uji coba salvo artileri roket super besar 600mm, di lokasi yang belum dikonfirmasi di Korea Utara. [KCNA VIA KNS/AFP]

Relevansi Bagi Indonesia dan Asia Tenggara

Dampak dari pengembangan senjata nuklir secara masif yang dilakukan negara pimpinan Kim Jong-un itu menjadi masalah serius yang dapat memicu perlombaan senjata dan meningkatkan ketegangan regional hingga skala yang lebih besar.

Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara bisa dikatakan berada dalam jangkauan beberapa rudal balistik Korea Utara yang dapat membawa hulu ledak nuklir. Meskipun saat ini Korea Utara mungkin lebih fokus pada target-target yang lebih dekat, seperti Korea Selatan, Jepang, atau pangkalan militer AS di kawasan ini, eskalasi konflik dapat menimbulkan dampak yang meluas dan tak terduga.

Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of Strategic and International Studies (2023), eskalasi konflik nuklir di Semenanjung Korea dapat meningkatkan kekhawatiran keamanan di seluruh Asia, termasuk Asia Tenggara.

Baca Juga: Muncul Permintaan Penyelidikan Peran Selandia Baru dalam Perang di Gaza

Tidak hanya Indonesia, negara-negara di ASEAN harus mempertimbangkan langkah-langkah pertahanan yang lebih kuat dalam menghadapi ancaman nuklir potensial, seperti memperkuat sistem pertahanan udara dan misil serta memperkuat kerjasama pertahanan dengan negara-negara sekutu. ASEAN juga dihadapkan pada dilema mengenai kebijakan pertahanan kolektif dan perlindungan terhadap ancaman nuklir.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI