Investasi asing ramai hengkang dari negara itu dan 85.000 orang terdampak PHK. Hal ini diperburuk dengan besarnya eksodus yang meninggalkan Israel.
Tidak hanya itu, masyarakat Israel sendiri pesimis dengan kondisi keamanan negara mereka.
"Warga tidak ingin membesarkan anak-anak mereka di Israel. Mereka tidak ingin mencari pekerjaan atau belajar di sini. Ini berarti krisis ekonomi hanya akan semakin memburuk. Tidak ada prospek pemulihan," imbuh Hever.
Hever menyebut, semakin banyak orang Israel yang menarik tabungan besar-besaran dan memutuskan meninggalkan negara itu.
Keadaan Darurat yang Konstan
Terkait situasi keuangan domestik, ekonom tersebut mengatakan lebih dari 46.000 bisnis telah bangkrut, sementara entitas yang lebih besar pun merasakan dampak finansial.
"Pelabuhan Eilat juga bangkrut, yang merupakan satu-satunya pelabuhan yang dimiliki Israel di Laut Merah," ujar Hever.
"Pariwisata berada di angka nol. Tidak ada pariwisata. Secara keseluruhan, investasi internasional di Israel hampir nol," sambung dia.
Kekhawtairan terbesarnya adalah sektor teknologi tinggi Israel yang merupakan bagian terpenting dari ekonomi Israel. Paalnya, sebagian besar dari perusahaan itu telah membuka opsi untuk pergi dari Israel karena khawatir tidak bisa beroperasi di Israel dalam kondisi saat ini
"Perusahaan teknologi tinggi ini menggunakan semua sumber daya untuk mencoba pindah lokasi. Mereka sangat khawatir bahwa mereka," katanya.