Harga Emas Diprediksi Makin Menguat Seiring Perang Dagang AS dan China

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 16 April 2025 | 20:25 WIB
Harga Emas Diprediksi Makin Menguat Seiring Perang Dagang AS dan China
Xi Jinping dan Donald Trump

Selain perang dagang, Ibrahim juga menyoroti meningkatnya ketegangan geopolitik di kawasan Timur Tengah sebagai faktor signifikan lainnya. Ia mencontohkan ancaman yang dilontarkan Iran terhadap Kuwait.

Ibrahim menjelaskan bahwa Kuwait diduga akan dijadikan sebagai basis pangkalan udara bagi pesawat-pesawat militer Amerika Serikat, yang berpotensi digunakan oleh AS untuk melakukan serangan terhadap Iran.

"Amerika Serikat sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi Iran, dengan Israel kemungkinan akan menjadi pihak yang memimpin serangan tersebut," ungkap Ibrahim.

Dalam kesempatan yang sama, Ibrahim mengingatkan akan potensi dampak negatif dari kenaikan harga emas dunia yang terjadi bersamaan dengan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Menurutnya, kombinasi kedua faktor ini berpotensi menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa di dalam negeri.

"Ketika nilai tukar rupiah mengalami pelemahan dan harga emas dunia mengalami kenaikan, hal ini akan berdampak langsung terhadap peningkatan harga-harga di tingkat konsumen," tegas Ibrahim.

Harga emas kembali mencatatkan kenaikan sebesar 2 persen pada hari Kamis, berhasil menembus level psikologis 3.300 dolar AS per troy ounce untuk pertama kalinya dalam sejarah perdagangan emas, berdasarkan data perdagangan yang dirilis pada hari Rabu.

Pada pukul 04.57 GMT, harga emas untuk kontrak berjangka yang akan jatuh tempo pada bulan Juni di bursa New York Comex mengalami kenaikan sebesar 61,22 dolar AS, mencapai level 3.301,62 dolar AS per troy ounce.

Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat (The Fed) baru akan menentukan kebijakan suku bunga acuannya dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang dijadwalkan pada tanggal 6 hingga 7 Mei 2025 mendatang.

Di sisi lain, prospek pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan mengalami perlambatan dari angka 2,8 persen pada tahun 2024 menjadi 2,3 persen pada tahun 2025. Perlambatan ini diakibatkan oleh berbagai faktor, termasuk ketegangan perdagangan yang terus berlanjut dan situasi global yang penuh dengan ketidakpastian. Negara-negara berkembang diprediksi akan menjadi pihak yang paling rentan terhadap dampak perlambatan ekonomi ini.

Baca Juga: Sinopsis Home About Us, Drama China yang Dibintangi Qin Lan dan Allen Ai

Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD) pada hari Rabu merilis proyeksi yang memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 2,3 persen pada tahun 2025, menandakan potensi pergeseran menuju jalur resesi global.

"Permintaan global yang lesu, guncangan kebijakan perdagangan yang tidak terduga, gejolak keuangan yang meningkat, dan ketidakpastian sistemik yang semakin besar memperburuk tekanan ekonomi, terutama bagi negara-negara berkembang," demikian pernyataan UNCTAD dalam laporan terbarunya yang berjudul Trade and Development Foresights.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI