Saham Nissan Justru Terbang Tinggi Meski Ingin PHK 10.000 Orang

Achmad Fauzi Suara.Com
Selasa, 13 Mei 2025 | 14:18 WIB
Saham Nissan Justru Terbang Tinggi Meski Ingin PHK 10.000 Orang
Logo Nissan. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saham Nissan Motor Co. justru mengalami kenaikan tajam hingga 5,5 persen dalam perdagangan awal Selasa, 13 Mei 2025. Padahal, perusahaan otomotif raksasa asal Jepang tersebut baru saja mengumumkan rencana pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 10.000 karyawan.

Langkah tersebut merupakan bagian dari strategi restrukturisasi besar-besaran untuk mengatasi tekanan keuangan yang kian dalam.

Seperti dilansir Japan Times, Nissan, yang sedang berjuang di tengah kerugian besar dan tekanan pasar kendaraan listrik, telah mengonfirmasi upaya pemangkasan tenaga kerja globalnya mencapai 15 persen.

Ini termasuk pemangkasan 9.000 posisi yang telah diumumkan sebelumnya pada November, dan kini ditambah 10.000 posisi baru, menjadikannya total 19.000 pekerjaan yang tereliminasi.

Meski keputusan ini berpotensi berdampak sosial besar, pelaku pasar melihatnya sebagai sinyal kuat komitmen Nissan untuk menyelamatkan keuangan perusahaan, sehingga justru memicu optimisme investor.

Perusahaan yang masuk dalam 10 besar produsen mobil dunia berdasarkan volume penjualan ini diperkirakan akan mencatat kerugian bersih tahunan hingga USD 5,1 miliar, menjadikannya rekor kerugian tertinggi sejak krisis keuangan 1999-2000.

Nissan pada bulan lalu telah mengeluarkan peringatan laba, dengan estimasi kerugian antara 700 hingga 750 miliar yen untuk tahun keuangan 2024–2025.

Restrukturisasi ini datang setelah rencana penggabungan dengan Honda gagal terlaksana. Pembicaraan yang sempat dianggap sebagai penyelamat oleh para analis akhirnya terhenti pada Februari lalu, ketika Honda mengusulkan struktur integrasi yang menjadikan Nissan sebagai anak perusahaan, sebuah proposal yang ditolak oleh Nissan.

Nissan N7 (CarnewsChina)
Nissan N7 (CarnewsChina)

Seiring dengan kerugian yang membengkak, Nissan juga menghadapi berbagai hambatan lain, mulai dari persaingan ketat dengan produsen kendaraan listrik asal Tiongkok, tarif 25 persen atas kendaraan impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump, hingga penurunan permintaan di pasar-pasar utama seperti AS dan Eropa.

Baca Juga: Hary Tanoesoedibjo Siapkan Aksi Korporasi IPTV di Tengah Laba Anjlok

Lembaga pemeringkat Moody’s bahkan telah menurunkan status utang Nissan ke tingkat "junk bond" (obligasi sampah), dengan alasan profitabilitas yang melemah, serta portofolio model kendaraan yang mulai usang dan tak lagi kompetitif di pasar global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI