Isu lainnya disorot oleh Prof. Tikki Pangestu, mantan Direktur Riset Kebijakan dan Kolaborasi WHO. Ia menekankan pentingnya menjembatani hasil riset dengan kebijakan publik.
"Banyak riset di Indonesia yang hanya berhenti di jurnal. Padahal, kita punya lembaga seperti BKPK yang seharusnya menjadi penghubung antara sains dan kebijakan," ujarnya.
Ia juga mengangkat pentingnya regulasi berbasis bukti di sektor kesehatan, khususnya dalam mengatur produk tembakau alternatif.
"Dua dari tiga pria Indonesia adalah perokok. Kita perlu mempertimbangkan solusi seperti THR (Tobacco Harm Reduction) untuk menurunkan beban penyakit kronis," jelasnya.
Ashok Kaul, Senior Partner di firma konsultan global Roland Berger, menegaskan pentingnya pendekatan tiga pilar untuk transformasi industri: sisi penawaran, sisi permintaan, dan kebijakan yang menghubungkan keduanya.
"Di sinilah peran kebijakan fiskal seperti pajak menjadi paling menentukan. Saya pendukung kuat regulasi berbasis risiko (risk-proportionate regulation)," ujar Ashok.
Ashok memuji kebijakan pemerintah yang memberikan insentif untuk kendaraan listrik sebagai contoh penerapan regulasi yang mempertimbangkan risiko namun tetap mendorong inovasi.