Harga Emas Antam Terus Meluncur, Kini Dipatok Rp 1.936.000/Gram

Achmad Fauzi Suara.Com
Jum'at, 20 Juni 2025 | 09:07 WIB
Harga Emas Antam Terus Meluncur, Kini Dipatok Rp 1.936.000/Gram
Pramuniaga menunjukkan emas Antam yang dijual di Mall Modern Town Square, Kota Tangerang, Banten, Minggu (13/4/2025). [ANTARA FOTO/Putra M. Akbar/app/nym/pri]

Suara.com - Harga emas PT Aneka Tambang Tbk (Antam) pada hari Jumat, 20 Juni 2025 untuk ukuran satu dibanderol di harga Rp 1.936.000 per gram.

Harga emas Antam itu masih merosot sebesar Rp 1.000 dibandingkan hari Kamis, 19 Juni 2025 sebelumnya.

Sementara itu, harga Buyback (beli kembali) emas Antam dibanderol di harga Rp 1.780.000 per gram.

Harga buyback itu juga ikut anjlok Rp 1.000 dibandingkan dengan harga buyback hari Kamis kemarin.

Pekerja menunjukkan perhiasan emas di Kantor Pusat Galeri 24 Pegadaian, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (5/1/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]
Pekerja menunjukkan perhiasan emas di Kantor Pusat Galeri 24 Pegadaian, Salemba, Jakarta Pusat, Kamis (5/1/2023). [Suara.com/Alfian Winanto]

Seperti dilansir dari laman resmi Logam Mulia Antam, berikut adalah harga emas antam pada hari ini:

  • Emas 0,5 gram Rp 1.018.000
  • Emas 1 Gram Rp 1.936.000
  • Emas 2 gram Rp 3.812.000
  • Emas 3 gram Rp 5.693.000
  • Emas 5 gram Rp 9.455.000
  • Emas 10 gram Rp 18.855.000
  • Emas 25 gram Rp 47.012.000
  • Emas 50 gram Rp 93.945.000
  • Emas 100 gram Rp 187.812.000
  • Emas 250 gram Rp 469.265.000
  • Emas 500 gram Rp 938.320.000
  • Emas 1.000 gram Rp 1.86.600.000

Harga emas dunia turun tipis

Harga emas bergerak tipis pada perdagangan Kamis (19/6/2025), di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik yang menahan tekanan dari prospek kebijakan moneter ketat Federal Reserve (The Fed).

Melansir Reuters, harga emas spot tercatat turun tipis sebesar 0,1 persen ke level USD 3.365,79 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka Amerika Serikat turun 0,7 persen menjadi USD 3.382,80 per ons.

Perdagangan di pasar Amerika Serikat tutup pada hari tersebut dalam rangka memperingati Juneteenth, hari libur nasional yang memperingati berakhirnya perbudakan di AS.

Baca Juga: Emas Antam Terjun Bebas, Ini Daftar Harga Terbaru Hari Ini

Meskipun logam mulia biasanya mendapat dorongan saat terjadi gejolak geopolitik, penguatan dolar AS menjadi penekan utama bagi harga emas. Dolar yang lebih kuat membuat emas yang dihargakan dalam dolar menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

"Federal Reserve AS mengindikasikan bahwa risiko inflasi masih tinggi. Jadi, hal itu mengurangi peluang untuk melanjutkan pemangkasan suku bunga, yang membebani harga emas," ujar Ahli Strategi Komoditas ANZ, Soni Kumari.

Dalam pernyataan terbarunya, The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya. Para pembuat kebijakan di bank sentral AS tersebut masih memperkirakan pemangkasan suku bunga sebesar setengah poin persentase pada tahun ini.

Namun, mereka memperlambat prospek keseluruhan untuk pelonggaran moneter, menyusul pandangan bahwa kondisi ekonomi ke depan akan lebih menantang.

Ketua The Fed, Jerome Powell, juga memberikan sinyal kehati-hatian terhadap ekspektasi pasar. Ia memperingatkan bahwa inflasi yang "berarti" kemungkinan besar masih akan terjadi ke depannya, terutama akibat pemberlakuan kembali tarif impor oleh pemerintah AS.

Ilustrasi emas  (Unsplash)
Ilustrasi emas (Unsplash)

Di sisi lain, ketegangan geopolitik di Timur Tengah terus memanas. Konflik antara Israel dan Iran kian memburuk setelah Israel membombardir target nuklir di wilayah Iran, dan sebaliknya, rudal Iran dilaporkan menghantam sebuah rumah sakit di Israel. Perang udara yang telah berlangsung selama sepekan tersebut belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda.

Situasi ini biasanya meningkatkan minat terhadap emas sebagai aset lindung nilai (safe haven). Namun, daya tarik emas saat ini masih dibayangi oleh suku bunga tinggi karena emas tidak memberikan imbal hasil bunga.

"Ketika reli tajam menembus level teknis penting seperti 1.000, hal itu sering memicu aksi beli dari investor dan spekulator. Namun, pergerakan harga yang cepat seperti itu biasanya tidak didasarkan pada fundamental dan mengandung risiko tinggi untuk mengambil untung," tambah Kumari.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI