Kerugian Miliaran Rupiah Akibat Gangguan Layang-layang Dalam 3 Hari

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 07 Juli 2025 | 14:44 WIB
Kerugian Miliaran Rupiah Akibat Gangguan Layang-layang Dalam 3 Hari
ilustrasi bermain layang-layang (pixabay.com/cocoparisienne)

Suara.com - Aktivitas bermain layang-layang di sekitar Bandara Internasional Soekarno-Hatta (Soetta) dilaporkan telah menimbulkan kerugian signifikan dan mengancam keselamatan penerbangan.

Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) atau AirNav Indonesia mengungkapkan bahwa sepanjang 4-6 Juli 2025, sebanyak 21 pesawat terpaksa membatalkan penerbangan atau pendaratan di bandara tersibuk di Indonesia itu. Gangguan ini berpotensi menyebabkan kerugian finansial mencapai miliaran rupiah.

Direktur Utama AirNav Indonesia, Capt. Avirianto Suratno, pada Senin lalu menyampaikan keprihatinannya. "Berdasarkan data yang dihimpun, sepanjang 4-6 Juli 2025, aktivitas penerbangan layang-layang di area Bandara Soekarno-Hatta menyebabkan 21 pesawat batal terbang dan mendarat," ujarnya di Tangerang, dikutip dari Antara pada Senin (7/7/2025).

Dampak dari gangguan layang-layang ini tidak main-main. Avirianto menjelaskan bahwa petugas Air Traffic Controller (ATC) terpaksa mengambil tindakan darurat untuk menjamin keselamatan penumpang. Sembilan pesawat dialihkan pendaratannya ke bandara lain (divert), enam pesawat diperintahkan untuk go around (membatalkan pendaratan dan terbang kembali), lima pesawat diminta membatalkan prosedur pendekatan (approach), dan satu pesawat diinstruksikan untuk kembali ke bandara asal (return to base).

Setiap insiden divert, go around, atau return to base tidak hanya menyebabkan keterlambatan dan ketidaknyamanan penumpang, tetapi juga menimbulkan kerugian finansial yang besar bagi maskapai.

Perkiraan Kerugian Finansial: Asumsi

Gangguan penerbangan akibat layang-layang ini secara materiil cukup besar, berikut estimasinya:

  1. Penerbangan Dialihkan (Divert): Mengalihkan pendaratan pesawat ke bandara lain adalah salah satu insiden termahal. Ini melibatkan biaya bahan bakar tambahan untuk rute yang lebih jauh, biaya pendaratan di bandara alternatif, biaya penempatan kru, biaya penanganan penumpang (makanan/akomodasi jika ada penundaan panjang), serta biaya operasional tambahan. Perkiraan biaya untuk satu insiden divert dapat berkisar antara Rp50 juta hingga Rp200 juta atau bahkan lebih, tergantung jarak dan jenis pesawat. Untuk 9 pesawat, potensi kerugian mencapai Rp450 juta hingga Rp1,8 miliar.
  2. Go Around: Sebuah pesawat yang melakukan go around (membatalkan pendaratan dan terbang kembali untuk mencoba lagi) akan menghabiskan bahan bakar ekstra dan menambah wear and tear pada mesin. Biaya untuk satu insiden go around bisa berkisar antara Rp10 juta hingga Rp30 juta. Untuk 6 pesawat, potensi kerugian sekitar Rp60 juta hingga Rp180 juta.
  3. Pembatalan Prosedur Pendekatan (Approach) dan Kembali ke Bandara Asal (Return to Base): Ini juga mengakibatkan konsumsi bahan bakar lebih dan keterlambatan operasional. Biayanya bisa serupa dengan go around atau bahkan lebih tinggi untuk return to base. Untuk 6 pesawat (5 approach dan 1 return to base), potensi kerugian sekitar Rp60 juta hingga Rp180 juta.

Dengan demikian, total estimasi kerugian finansial akibat 21 insiden ini bisa mencapai Rp570 juta hingga Rp2,16 miliar dalam waktu hanya tiga hari. Angka ini belum termasuk kerugian tak langsung seperti menurunnya reputasi maskapai, kompensasi keterlambatan penumpang, dan dampak pada jadwal penerbangan selanjutnya.

Peringatan Keras dan Koordinasi Lintas Sektor

Baca Juga: Sayap Boeing 'Senggol' Ekor Airbus di Bandara Hanoi, Ratusan Penumpang Vietnam Airlines Tegang

Menanggapi situasi genting ini, AirNav Indonesia sempat mengeluarkan Peringatan Khusus kepada Pilot atau Notice to Airman (NOTAM) dengan Nomor A1912/25. NOTAM ini mengindikasikan bahwa seluruh lalu lintas penerbangan dari dan menuju Bandara Soetta berpotensi mengalami keterlambatan serius. "Alasan kami menerbitkan NOTAM karena aktivitas penerbangan layang-layang di final approach area sangat membahayakan keselamatan pesawat yang mau take-off atau landing," tegas Avirianto.

AirNav Indonesia pun menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh pengguna jasa penerbangan yang terdampak. "Alasan petugas kami melakukan itu cuma satu, yaitu karena adanya ancaman keselamatan. Tidak lain," imbuhnya. Ia sekali lagi memohon dengan sangat kepada masyarakat, khususnya yang bermukim di sekitar bandara, agar tidak menerbangkan layang-layang karena dampaknya sangat fatal, mengancam keselamatan pesawat dan nyawa para penumpangnya.

Sebagai langkah antisipasi, AirNav Indonesia kini aktif berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Otoritas Bandara Wilayah 1, Polres Bandara Soekarno-Hatta, PT Angkasa Pura Indonesia, dan pihak terkait lainnya. Upaya penanganan dilakukan melalui program seperti Ground Delay Program (GDP) dan Pre-Departure Clearance (PDC) untuk meminimalkan dampak gangguan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI