Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyebut ada tiga masalah yang membuat target swasembada energi sulit tercapat. Salah satunya, masalah pada target eksplorasi atau lifting minyak.
Bahkan, Bahlil mengaku, pemerintah sejak tahun 2008 tidak pernah mencapai target lifting dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dia memberi contoh, pada tahun 2024 saja, pemerintah hanya bisa mencatatkan lifting minyak sebesar 579.000 barel per hari, sedangkan targetnya sebesar 635.000 barel per hari.
"Saya mengulang data bahwa sejak 2008 sampai 2024. Tidak pernah lifting kita itu mencapai target APBN. Itu tidak pernah. Dan berlahan-lahan target lifting kita di 2024 realisasi liftingnya itu 579.000 barel. Target APBN kita di tahun 2025 sebesar 605.000 barel per day," ujarnya dalam Energi Mineral Festival 2025 di Hutan Kota Plataran, Jakarta, yang dikutip Kamis (31/7/2025).

Menurut Bahlil, terdapat tiga hal yang menjadi biang kerok tak tercapainya target lifting. Pertama, ia menyebut, rata-rata sumur minyak yang ada di Indonesia sudah uzur alias tua.
"Yang kedua, idle well atau banyak sumur yang belum dieksplorasi masih banyak. Dan yang ketiga, memang investasi di bidang migas ini luar biasa besar dengan risiko yang besar," ucapnya.
Namun, Bahlil yang menjadi Ketua Umum Partai Golkar ini sesumbar pada pemerintahan Prabowo bisa mencapai target lifting minyak. Sebab, ia melihat realisasi lifting minyak telah mencapai 608.000 barel per hari.
Sementara, untuk menggenjot target lifting itu, pihaknya juga menggandeng Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) untuk mengoptimalkan eksplorasi minyak di sumur yang tersedia.
"Rasanya sih ada secerca harapan untuk kita menuju pada perbaikan lifting untuk mencapai target atas arahan bapak presiden 2029-2030 harus menyebab kurang lebih sekitar 900.000 barel per day. Ini yang menjadi dorongan kita semua," pungkasnya.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Dibantu AS Kejar Target Lifting 1 Juta Barel per Hari