Suara.com - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjelaskan anomali pada komoditas beras, di mana ada fenomena stok melimpah, tetapi harga beras naik dratis. Kenaikan harga beras ini pun berlangsung dari awal tahun hingga saat ini.
Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilitas Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, menyebut penyebab utamanya imbas harga Gabah Kering Panen di tingkat petani tidak seragam.
"Ada yang mendapatkan, sebelum dipaksa Rp 6.500 ada yang mendapatkan Rp 6.000, kemudian ada yang mendapatkan Rp 6.500, ada yang mendapatkan Rp 6.700, ada yang Rp 7.000,” ujar Ketut saat ditemui di kantor Ombudsman RI, Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).
![Pekerja mengangkut beras saat bongkar muat di gudang Bulog Cabang Cirebon, Jawa Barat, Rabu (6/8/2025). [ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/rwa]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/08/85597-realisasi-penyerapan-beras-dalam-negeri-ilustrasi-beras-beras-bulog-ilustrasi-bulog.jpg)
Menurutnya, harga GKP yang paling pengaruh dalam kenaikan harga beras. Pasalnya, semakin tinggi pembelian GKP, maka semakin tinggi biaya produksi di penggilingan, alhasil harga beras di tingkat konsumen juga melambung tinggi.
Selanjutnya, bilang Ketut, para pedagang juga selalu menjual GKP di harga paling tinggi. Padahal, harga GKP bisa ditekan dengan margin yang lebih rendah.
"Katakanlah saya mendapatkan GKP Rp 7.000, kemudian otomatis apakah saya jual dengan harga yang rendah? kan gak mungkin, isunya akan menyebar, walaupun teman-teman mendapatkan Rp 6.800, saya akan ikut yang Rp 7.000 itulah trendnya," imbuhnya.
Dalam kesempatan yang sama, Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika, menuturkan saat melakukan inspeksi mendadak (sidak), justru ditemukan harga GKP tinggi tidak membuat petani sejahtera.
Dia bilang, Petani kini justru merani karena panen yang terus-menerus gagal, biaya produksi tinggi, hingga pusing soal hutang.
"Jadi harga yang bagus belum tentu pendapatan mereka itu bagus, belum tentu sejahtera, ada kegagalan, ada yang ngatain kami tiga musim berturut-turut mengalami kegagalan, ada yang lima musim kegagalan, tapi ada juga yang tidak gagal juga gitu ya. jadi beragam di lapangan itu gitu ya," jelas Yeka.
Baca Juga: Hanya 'Jalan Pendek', Alasan Pemerintah Naikkan Harga Beras Medium
Dia juga menyoroti kondisi miris di penggilingan padi banyak yang tidak memiliki stok gabah yang melimpah. Biasanya, ada cadangan gabah petani cukup untuk sebulan hingga 3 bulan ke depan.
"Tapi yang terjadi kemarin waktu saya sidak di sana itu rata-rata mereka stoknya tinggal 5 sampai 10 persen dari normal," pungkasnya.