- IHSG Alami Kenaikan Selama Sepekan Awal September
- Nilai Transaksi, Aktivitas Perdagangan, dan Rata-rata Frekuensi Turun
- Investor Asing Lakukan Jual Bersih Rp 305,18 Miliar
Suara.com - Perdagangan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan mengalami peningkatan 0,47 persen ke level 7.876 pada periode 1-4 September 2025.
Sekretaris Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia, Kautsar Primadi Nurahmad, mengatakan meski mengalami IHSG kenaikan, aktivitas perdagangan harian mengalami penurunan.
Hal ini tercermin dari, rata-rata frekuensi transaksi turun 9,88 persen menjadi 2,08 juta kali per hari dari 2,31 juta.
"Volume transaksi juga merosot 21,09 persen ke 37,24 miliar lembar saham, sementara rata-rata nilai transaksi harian turun 28,43 persen ke Rp 18,05 triliun dari Rp 25,22 triliun," ujar Kautsar dalam keterangan tertulis, Jumat (5/9/2025).
![Pengunjung melintas dibawah layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (18/3/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/18/54198-ihsg-ihsg-anjlok-bursa-efek-indeks-harga-saham-ilustrasi-bursa-ilustrasi-ihsg.jpg)
Sementara, kapitalisasi pasar naik 0,20 persen menjadi Rp 14.211 triliun.
Selanjutnya, Investor asing tercatat melakukan jual bersih Rp 305,18 miliar pada perdagangan terakhir pekan ini. Sepanjang 2025, investor asing sudah membukukan jual bersih sebesar Rp 55,13 triliun.
Di sisi lain, jumlah investor pasar modal Indonesia terus mencetak rekor baru. Hingga akhir Agustus 2025, jumlah single investor identification (SID) sudah menembus 18.012.665. Dari total tersebut, investor saham mencapai 7.558.552 SID, termasuk 1,17 juta investor baru sepanjang tahun ini.
Sebelumnya, pada perdagangan Kamis kemarin IHSG ditutup melemah sebesar 18,52 poin atau 0,23 persen ke level 7.867. Sektor consumer cyclicals paling kuatnya naiknya, sementara di posisi terendah berada di sektor basic materials.
Pilarmas Investindo Sekuritas dalam riset hariannya, mengungkapkan pelemahan IHSG ini dipicu oleh Bank Indonesia (BI) telah menyepakati skema burden sharing dengan pemerintah.
Baca Juga: PANI Siapkan Rp16,1 Triliun Borong 44,1 Persen Saham CBDK
Pada skema tersebut, beban akan dihitung dengan membagi rata biaya dana dari obligasi yang diterbitkan untuk program-program tersebut, setelah dikurangi bunga yang diperoleh pemerintah dari simpanannya di lembaga keuangan domestik.
Selain itu, BI telah membeli obligasi pemerintah senilai Rp 200 triliun di pasar sekunder, termasuk Rp 150 triliun melalui mekanisme debt switch dengan pemerintah. BI mengatakan bahwa kesepakatan ini dirancang untuk mendukung upaya pemerintah menghimpun dana melalui pasar obligasi bagi berbagai inisiatif seperti program perumahan terjangkau dan pendirian koperasi desa.
"Kami menilai pasar tampaknya berspekulasi bahwa perekonomian Indonesia masih terkontraksi, mengingat skema burden sharing biasanya dilakukan ketika kondisi darurat seperti pada saat pandemic Covid-19. Selain itu, pelemahan hari ini terjadi karena aksi taking profit menjelang libur nasional pada esok hari," tulis Pilarmas Investindo Sekuritas.