Target Inflasi 2,5 Persen, Ini Kata Gubernur Bank Indonesia

M Nurhadi Suara.Com
Rabu, 22 Oktober 2025 | 17:48 WIB
Target Inflasi 2,5 Persen, Ini Kata Gubernur Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo
Baca 10 detik
  • Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan optimisme bahwa inflasi akan tetap terjaga dalam target 2,5%.
  • Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tercatat sebesar 2,65 persen secara year-on-year (yoy).
  •  Meskipun menghadapi tekanan harga pangan, inflasi volatile food diperkirakan akan tetap terkendali.

Suara.com - Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, menyampaikan keyakinannya bahwa tingkat inflasi nasional akan mampu dipertahankan dalam kisaran target yang telah ditetapkan, yaitu 2,5 persen plus minus 1 persen, tidak hanya hingga akhir 2025, tetapi juga berlanjut sampai tahun 2026.

Optimisme ini disampaikan dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu (22/10/2025).

Menurut Perry, inflasi inti diproyeksikan akan tetap rendah karena beberapa faktor pendukung, yaitu terjaganya ekspektasi inflasi, kapasitas ekonomi yang masih memadai, inflasi harga komoditas impor (imported inflation) yang terkendali.

Selain itu juga, dampak positif yang dihasilkan oleh proses digitalisasi di berbagai sektor ekonomi.

"Bank Indonesia meyakini inflasi tahun 2025 dan 2026 tetap terjaga rendah dalam sasaran 2,5 persen plus minus 1 persen,” ujarnya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Oktober 2025 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Perry menuturkan bahwa inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tercatat sebesar 2,65 persen secara year-on-year (yoy). Angka ini masih berada dalam rentang target BI.

Secara rinci, inflasi inti tercatat sangat rendah di level 2,19 persen yoy. Capaian ini dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga BI yang konsisten dan pertumbuhan ekonomi yang masih berada di bawah kapasitas potensialnya.

Inflasi kelompok administered prices, atau harga yang diatur pemerintah, juga terkendali di angka 1,1 persen yoy, berkat penurunan tarif angkutan dan harga bensin, meskipun ada kenaikan pada harga rokok eceran.

Namun demikian, tantangan utama inflasi datang dari kelompok harga bergejolak (volatile food) yang meningkat menjadi 6,44 persen yoy.

Baca Juga: BI Buka Suara, Misteri Selisih Rp18,97 Triliun Dana Pemda di Bank, Uang Rakyat Mengendap?

Kenaikan ini didorong oleh komoditas pangan utama seperti cabai, bawang, beras, dan daging ayam ras, yang disebabkan oleh berakhirnya masa panen dan peningkatan biaya input produksi.

Meskipun menghadapi tekanan harga pangan, inflasi volatile food diperkirakan akan tetap terkendali.

Prediksi ini didukung oleh sinergi yang kuat antara Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID), yang diperkuat dengan implementasi Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) di seluruh wilayah.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI