Menavigasi Revolusi Kendaraan Listrik ASEAN: Peran VinFast di Pasar Global Baru

Rabu, 29 Oktober 2025 | 18:40 WIB
Menavigasi Revolusi Kendaraan Listrik ASEAN: Peran VinFast di Pasar Global Baru
Kariyanto Hardjosoemarto, Chief Executive Officer (CEO) VinFast Indonesia sebagai salah satu panelis Diskusi HSBC bertajuk "Navigating the New Global Trade Order: Seizing New Corridors in ASEAN and China" (Suara.com/CNR ukirsari)

Suara.com - VinFast adalah brand mobil listrik (Electric Vehicle, EV) dari Vietnam yang dimiliki Vingroup, konglomerasi nomor satu di Vietnam. Perusahaan otomotif ini tergolong muda, baru lahir pada 2017, dengan produksi awal mobil jenis Internal Combustion Engine (ICE) kemudian mulai 2021 beralih total menjadi electric car company.

Setelah market share mencapai 40 persen, VinFast memutuskan ekspansi pasar di luar Vietnam. Mulai Amerika, Kanada, Eropa, dan seterusnya. Akan tetapi beberapa kondisi global seperti pergeseran geopolitik melahirkan keputusan bahwa pasar prioritas mengarah ke Asia, dan salah satu yang dipilih adalah Indonesia.

Hadir sebagai salah satu panelis dalam Diskusi HSBC bertajuk “Navigating the New Global Trade Order: Seizing New Corridors in ASEAN and China” di The Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Kariyanto Hardjosoemarto, Chief Executive Officer (CEO) VinFast Indonesia memaparkan pentingnya strategi perusahaan dalam menguak dan menembus pasar otomotif EV di Tanah Air.

Kariyanto Hardjosoemarto, Chief Executive Officer (CEO) VinFast Indonesia saat menerima plakat sebagai salah satu panelis HSBC Business Dialogue 2025 (Suara.com/CNR ukirsari)
Kariyanto Hardjosoemarto, Chief Executive Officer (CEO) VinFast Indonesia saat menerima plakat sebagai salah satu panelis HSBC Business Dialogue 2025 (Suara.com/CNR ukirsari)

"Indonesia adalah pasar otomotif terbesar di Asia Tenggara, dengan jumlah penjualan mobil pada 2018 mencapai 1,1 juta. Pada 2024 mengalami penurunan sehingga jumlah total menjadi 850 ribu, dan tahun ini--senada dengan kondisi ekonomi--mengalami penurunan hingga 11,9 persen. Namun di balik penurunan penjualan mobil ini, penjualan mobil listrik justru meningkat tajam. EV baru masuk ke Indonesia pada 2021, dan porsinya hanya 0,1 persen dari total volume penjualan. Kemudian 4 persen pada 2024, per September 2025 sudah 10 persen. Jadi adopsi sangat tinggi,” papar Kariyanto Hardjosoemarto, yang akrab disapa Kerry.

Di sisi lain, Pemerintah RI mencanangkan bahwa pada 2030 dari seluruh mobil yang beredar di Indonesia, 50 persen adalah EV.

“Pemerintah membuat berbagai insentif, baik fiskal maupun non-fiskal, termasuk mempermudah masuknya investasi produk mobil listrik ke negara kita. Potensi pasar yang besar, dukungan pemerintah ini, dan sumber daya alam kita seperti nikel, menjadi faktor pendorong mengapa VinFast memutuskan untuk berinvestasi di Indonesia,” tandasnya.

Fokus bukan hanya menjual produk, atau menganalisa persaingan harga, akan tetapi mengembangkan strategi agar VinFast bisa resilient dan survive di pasar nasional.

VinFast Indonesia siap melaju di pasar EV Tanah Air lewat investasi membangun ekosistem (Dok: VinFast Indonesia)
(Dok: VinFast Indonesia)

“Kalau kita hanya berkompetisi dengan produk dan harga, tidak ada habisnya. Brand akan terus berinovasi dengan fitur-fitur produk menerapkan teknologi baru, dan sebagainya. Nah kami melihat ekosistem adalah kunci supaya masyarakat loyal kepada brand kami,” jelas Kerry.

Strategi dengan menerapkan ekosistem ini memerlukan biaya besar, dan komitmen jangka panjang.

Lewat ekosistem ini, VinFast menjawab dan mengatasi kekhawatiran para konsumen dalam beralih menggunakan produk EV. Apalagi menyimak brand baru, yang mungkin saja coba-coba, mengingat ada beberapa merek masuk ke negara kita lantas menghilang.

Baca Juga: Dukung Kreator & UMKM, Shopee Hadirkan Pengalaman Belanja Baru Bersama Meta

Jadi, sebagai realisasi menciptakan ekosistem, Vingroup menjawab dengan berinvestasi membangun pabrik sendiri di Cibogo, Subang, Jawa Barat seluas 170 hektare. Tidak sebatas produksi mobil listrik, di saat mendatang produksi skuter atau kendaraan roda dua, serta bus listrik akan dibuat di sini.

“Ekosistem pertama adalah pabrik karena ini menunjukkan komitmen kami bahwa VinFast ada di Indonesia, ingin berkembang bersama bangsa Indonesia, dengan menciptakan lapangan kerja. Bukan hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar, namun menciptakan lapangan kerja, dan alih teknologi karena pabrik kami di Subang menggunakan tenaga kerja lokal. Karena itu kami juga menjalin kerja sama misalnya dengan politeknik, dengan STM-STM di sekitar pabrik untuk mempersiapkan tenaga-tenaga terampil yang berikutnya nanti bisa bekerja di perusahaan kami,” jelas Kariyanto Hardjosoemarto.

Selaras ketentuan pemerintah, begitu buka pada 2026 Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) VinFast minimal 40 persen, kemudian 2027 harus naik menjadi 60 persen.

“Road map kami dengan mengoptimalkan local sourcing. Kami terus potensi-potensi yang ada di sini, banyak supplier yang bagus-bagus, dan kami mematuhi aturan pemerintah supaya tetap berkualifikasi untuk mendapatkan insentifnya. Itu prioritas kami,” lanjutnya.

Ditambahkannya, secara teknis pabrik VinFast di Cibogo, Subang akan selesai tahun ini, sedangkan mass production dimulai 2026 dengan produk VF3. Kapasitas produksi terpasang 50 ribu unit per tahun apabila digunakan secara maksimal.

Bagian kedua dari ekosistem VinFast adalah melengkapi infrastruktur terpenting bagi EV, yaitu stasiun pengisian ulang baterai atau recharging station. Kelengkapan ini menjawab ketakutan para calon pembeli bahwa infrastruktur yang ada saat ini dirasa tidak mencukupi. Apalagi dalam kondisi mudik, bakal terjadi antrean panjang dan seterusnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI