Rupiah Diprediksi Melemah Sentuh Rp16.740 Jelang Akhir Pekan, Apa Penyebabnya?

M Nurhadi Suara.Com
Jum'at, 07 November 2025 | 19:11 WIB
Rupiah Diprediksi Melemah Sentuh Rp16.740 Jelang Akhir Pekan, Apa Penyebabnya?
Nilai tukar rupiah pada dolar hari ini
Baca 10 detik
  • Rupiah diprediksi ditutup melemah pada Senin (10/11) di rentang Rp16.690 - Rp16.740.

  • Sentimen negatif utama datang dari government shutdown AS, meningkatnya peluang penurunan suku bunga The Fed, dan data ekspor/impor China yang lesu.

  • Rupiah juga tertekan oleh perlambatan PDB Indonesia di 3Q25

Suara.com - Nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diprediksi akan kembali berada di zona merah pada awal pekan depan, tepatnya Senin, 10 November 2025.

Prediksi pelemahan ini muncul meskipun rupiah sempat menunjukkan penguatan tipis pada penutupan perdagangan Jumat sore (7/11/2025), ditutup menguat 11 poin di level Rp16.690 dari penutupan sebelumnya di Rp16.617 setelah sempat tertekan hingga 20 poin.

Direktur Traze Andalan Futures sekaligus pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun cenderung ditutup melemah pada awal pekan.

Ia memprediksi rentang perdagangan rupiah berada di level Rp16.690 hingga Rp16.740, berpotensi menembus batas psikologis Rp16.700.

Ibrahim memaparkan bahwa rupiah rentan melemah akibat berbagai sentimen global yang saat ini mendominasi pasar keuangan:

  1. Government Shutdown AS dan Kebijakan The Fed: Penutupan pemerintahan (government shutdown) AS yang telah memasuki bulan kedua menunda rilis laporan ekonomi penting, seperti data ketenagakerjaan dan inflasi. Di tengah ketidakpastian data, laporan pekerjaan swasta terbaru justru menunjukkan tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja. Kondisi ini meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed (Bank Sentral AS) mungkin akan melonggarkan suku bunga kebijakan lebih cepat dari perkiraan. Berdasarkan survei, peluang penurunan suku bunga pada Desember naik dari 60% menjadi sekitar 70%. Langkah The Fed di masa depan, meski berupa pelonggaran, tetap menciptakan ketidakpastian yang memengaruhi posisi rupiah.
  2. Ekonomi China yang Lesu: Rupiah, sebagai mata uang yang erat kaitannya dengan perekonomian mitra dagang utama, juga tertekan menyusul rilis data ekspor China yang menurun secara tak terduga pada Oktober 2025. Pelemahan impor negara tersebut juga menyebabkan penurunan neraca perdagangan. Data ini mengindikasikan tekanan perdagangan yang terus berlanjut dan permintaan domestik yang lemah di Tiongkok.
  3. Ketegangan Dagang AS-China: Ketegangan perdagangan antara Washington dan Beijing semakin meresahkan pasar. Ibrahim mengutip laporan yang menyebutkan bahwa AS berencana memblokir Nvidia dari penjualan chip AI skala kecil ke China. Langkah ini berpotensi membatasi akses perusahaan China terhadap teknologi canggih dan menambah risiko global.
     

Dari sisi domestik, rupiah diperkirakan dibuka melemah menyusul pengumuman perlambatan laju perekonomian Indonesia. PDB Kuartal III/2025 hanya tumbuh sebesar 5,04%.

Untuk mencapai target pertumbuhan akumulatif 5,2% di akhir tahun, pemerintah harus mengejar pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi pada Kuartal IV/2025, diperkirakan harus mencapai angka 5,77% hingga 5,8%. 

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI