- Harga perak domestik pada Sabtu, 15 November 2025, turun menjadi Rp27.350 per gram.
- Fluktuasi harga global perak ditandai kenaikan dari US$48,3058 menjadi US$50,5484 antara 7 hingga 14 November 2025.
- Pelemahan harga global terjadi karena pernyataan hawkish The Fed yang memperkuat Dolar AS.
Kondisi Dolar yang kuat secara historis menekan harga komoditas yang tidak memberikan imbal hasil seperti perak.
Perubahan sentimen ini mendorong pergeseran strategi perdagangan. Investor yang sebelumnya agresif memasang posisi beli (long) mulai melakukan aksi ambil untung (profit taking), terutama setelah harga perak gagal bertahan di atas area kritis US$53 per ounce.
Para pelaku industri dan analis sepakat bahwa perak, yang memiliki karakter ganda sebagai logam mulia sekaligus logam industri (digunakan di sektor elektronik dan energi bersih), cenderung lebih volatil dibandingkan emas saat prospek ekonomi global berubah.
Secara teknikal, pergerakan perak dalam jangka pendek diperkirakan berada dalam rentang harga US$49 hingga US$54 per ounce.
Area US$50-US$51 diyakini menjadi support terdekat, sementara area US$53-US$54 menjadi resistance kunci menyusul penolakan harga yang terjadi pada pertengahan November.
Volatilitas ini menambah urgensi bagi investor dan pelaku industri domestik untuk memperkuat manajemen risiko. Pergerakan harga perak dalam beberapa waktu ke depan akan sangat ditentukan oleh ekspektasi suku bunga AS serta perkembangan pasokan fisik di pasar global.
Koreksi harga dapat berlanjut jika sinyal hawkish dari The Fed terus mendominasi, sementara peluang reli tetap terbuka jika terjadi gangguan pasokan atau munculnya data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan.