- Industri manufaktur diprediksi tumbuh lebih tinggi pada 2026 berkat perbaikan kinerja dan adopsi teknologi digital serta energi hijau.
- Pemerintah perlu mendorong produktivitas, investasi hijau, dan kolaborasi antara industri besar dan kecil untuk memperkuat daya saing.
- Bonus demografi dan hilirisasi dinilai sebagai modal kuat untuk mendorong Indonesia menuju pertumbuhan ekonomi lebih tinggi
Suara.com - Sektor industri punya peran penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Apalagi, pemerintah saat ini mendorong sektor industri untuk mengadopsi teknologi mutakhir, guna meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan daya saing global.
Dalam hal ini, Strategic Research Assitant CORE Indonesia Azhar Syahida meramal bahwa tahun 2026 kinerja industri akan meroket.
Hal ini disumbang dengan kinerja industri manufaktur di tahun ini sudah menunjukkan perbaikan.
"Nah, kalau kita lihat data tahun 2024 juga, itu pertumbuhannya 4,4 persen artinya di tahun 2025, kita memang ada potensi industri manufaktur ini akan tumbuh ya relatif lebih tinggi dibandingkan tahun 2024," katanya di Youth Economic Summit (YES) 2025 di Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta Pusat, Sabtu (15/11/2025).
Untuk menaikkan kinerja sektor manufaktur, maka dia meminta pemerintah juga berperan aktif dalam mendorong produktivitas.
Salah satunya, transisi energi hijau yang bisa menggairahkan produktivitas manufaktur
"Industri manufaktur di tahun 2026 ini akan tumbuh lebih tinggi. Saya kira ada dua karakter yang bisa kita baca menjadi penyebutan. Yang pertama adalah potensi adanya green manufacturing industry," ujar dia.
Dengan menerapkan energi ramah lingkungan di sektor manufaktur membuat investasi bisa meroket.
Baca Juga: Youth Economic Summit (2025) : Indonesia Diminta Hati-hati Kelola Utang
Apalagi, memanfaatkan potensi digital juga menunjukkan daya saing Indonesia dalam mendapatkan investor.
"Kemudian, ekosistem investasi hijau ini saya kira di tahun 2026 akan
sangat berpotensi mendorong ekonomi Indonesia. Kedua itu adalah adanya potensi digital manufacturing industry," bebernya.
Azhar Syahida mencontohkan dalam mendongkrak kinerja industri manufaktur, perusahaan besar dan kecil perlu berkoloborasi.
Hal ini untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan bisa 8 persen.
"Kalau pemerintah bisa menstimulasi ya, lahirnya industri-industri kecil di daerah, untuk mengoptimalkan sumber daya yang ada di daerah masing-masing, saya kira itu juga menjadi potensi yang besar, kalau kita ingin membalikkan ya, grafiknya tadi kan menurun ya. Kalau kita ingin menaikkan kembali share dari industri manufaktur, saya kira itu hal yang bisa kita lakukan," jelas Azhar Syahida.